berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Rabu, 22 September 2010

Masjid Penyengat dari Campuran Telur


Saat bertandang ke Tanjung Pinang atau pun Batam untuk urusan niaga, wisata dan lainnya, sempatkan mampir ke Pulau Penyengat untuk shalat di Masjid Raya Sultan Riau atau yang biasa disebut Masjid Pulau Penyengat. Keunikan masjid berwarna dominan kuning ini bahan konstruksinya terbuat dari campuran putih telur sebagai perekat sehingga dikenal juga dengan nama Masjid Putih Telur.

Arsitektur masjid yang beridiri tahun  1932 semasa Yang dipertuan Raja Jaafar (1806-1882) ini  bergaya India. Konon arsiteknya seorang keturunan India yang bermukim di Singapura,  tak jauh dari Pulau Penyengat. Tukang bangunannya juga banyak orang India dari negeri mungil itu.

Penduduk setempat membantu pembangunan masjid termasuk memberikan makan pada para tukang. Ketika itu telur ayam melimpah disana lalu dimanfaatkan sebagai campuran perekat untuk konstruksi masjid.

Warna kuning begitu dominan. Warna keemasan ini dalam tradisi Melayu biasanya dipakai untuk segala sesuatu berkaitan dengan kerajaan atau kesultanan. Maklum, masjid memang merupakan  peninggalan Kerajaan Riau-Lingga. Bukti sejarah lainnya berupa bekas istana dan makam yang masih dirawat penduduk setempat.

Kendati ukuran masjidnya tidak terlalu besar, namun memiliki 13 kubah dan 4 minaret bergaya Turki dengan atap bersisi delapan yang sangat runcing seperti pensil. Jumlah kubah dan minaretnya menjadi 17 yang melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu.

Di halaman masjid yang berhias minimalis ini terdapat sotoh, di sebelah kiri dan kanan. Sotoh atau bangunan kembar ini dulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah majelis ta'lim diantara ulama dan cendikiawan di sebelah kiri dan kanan.

Tips Perjalanan
Masjid Pulau Penyengat terletak sekitar 2 Km seberang Tanjung Pinang, ibukota  Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dari daratan Tanjung Pinang, Anda tinggal naik perahu kecil yang disebut pompong ke pulau ini sekitar 15 menit. Kalau dari Batam, naik kapal penyeberangan feri menuju Tanjung Pinang sekitar  satu jam dilanjutkan dengan naik pompong.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (siarmasjid@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar