berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Kamis, 13 Juli 2017

Meneduhkan Jiwa di Masjid Agung Al Azhar Waikabubak, Sumba Barat


Urusan berwisata bukan cuma memanjakan mata dengan pemandangan indah, menjawab segala pertanyaan tentang keunikan beragam budaya, dan atau memuaskan lidah dengan bermacam kuliner khas serba lezat.
Tapi tak ketinggalan meneduhkan jiwa menunaikan kewajiban sebagai Muslim, shalat wajib lima waktu di surau mungil ataupun di masjid besar di pelosok dusun maupun kota besar yang disambangi.
Semua itu dilakukan agar ada keseimbangan antara urusan dunia dengan bekal akhirat. Dan semestinya memang harus begitu.

Itu yang selalu SiarMasjid lakukan saat berkunjung kemanapun untuk urusan pekerjaan maupun liburan.

Begitupun saat bertandang ke Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meliput kegiatan Festival Sendalwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017 yang diselenggarakan Pemrov NTT bekerjasama dengan 4 pemkab-nya dan didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) baru-baru ini.

Sadar kalau masyarakat Sumba mayoritas Non Muslim, tentu jumlah surau dan masjidnya tidak akan sebanyak di pulau atau di daerah yang mayoritas Muslim.

Untungnya selama berada di Sumba, lokasi penginapan SiarMasjid bersama beberapa rekan dari Kemenpar berada tak jauh dari salah satu masjid terbesar di Kabupaten Sumba Barat, tepatnya di Waikabubak, ibukota Sumba Barat, yakni Masjid Agung Al-Azhar.

Jaraknya dari penginapan Hotel Manandang tak sampai 300 meter.

Lokasinya pun mudah dijangkau, lantaran berada di tepi jalan utama kota tersebut, yakni di Jalan Jendral A. Yani, yang merupakan kawasan perdagangan dengan sejumlah ruko di kiri-kanan dan seberangnya.

Setiap kali shalat di masjid ini, SiarMasjid dan beberapa rekan cukup berjalan kaki dari hotel, sambil menikmati jalan kota yang masih belum lengang lalu lintasnya.

Masjid Agung Al-Azhar tersebut belum sepenuhnya rampung pembangunannya. Pagarnya masih terbuat dari seng, dan tempat berwudhu-nya pun belum jadi, masih yang lama.

“Sudah 5 tahun masjid ini dirombak ulang dan belum selesai sepenuhnya,” kata seorang jamaah masjid tersebut.

Sewaktu pertama kali SiarMasjid datang ke sana untuk Shalat Ashar, air untuk ber-wudhu tidak keluar. Seorang jamaah mengajak para jamaah berwudhu di sumur milik warga di seberang masjid.

Bangunan utama masjid dengan warna dominan putih ini belum 100 persen selesai.

Bagian depannya ada undakan semen menuju serambi masjid yang terbuka dengan 6 tiang.

Interior masjid ini cukup megah dan elegan dengan beberapa tiang besar. Lantai dan dindingnya berlapis porselin berwarna krem. Begitupun dengan mihrab-nya atau tempat imam memimpin shalat berjamaah.

Ornamen kaligrafinya tidak terlalu banyak, jadi nampak bersih ruang dalamnya.

Plafon masjidnya berwarna putih, semakin membuat masjid ini bersih dan lapang.

Bagian dalam kubahnya pun belum tuntas sepenuhnya.

Lantai ruangannya cukup luas, namun belum semuanya diberi karpet sajadah, hanya di bagian depan dekat mihrab untuk dua shaf.

Di bagian mihrab ada tempat berkhutbah yang terbuat dari kayu berwarna coklat.

Keberadaan masjid ini bukan cuma penting buat umat Muslim di Waikabubak khususnya, pun wisatawan maupun pengunjung Muslim yang tengah bertandang, singgah sejenak (transit) ataupun melintasi Waikabubak untuk menunaikan kewajibannya.

Nah, kalau pembaca SiarMasjid kebetulan ke Waikabubak dan ingin shalat berjamaah di masjid ini, tak ada ruginya menyisihkan rezeki untuk beramal atau pun ber-infaq untuk pembanguan masjid ini agar pembangunannya lekas rampung.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)