Beruntung bila bisa ber-i’tikaf di 3 (tiga) masjid utama yakni Masjid al-Haram, Nabawi, dan Masjid al-Aqsha. Tapi bila belum mampu, cukuplah di masjid berdaya pikat khusus yang ada di negeri ini seperti di Masjid Kubah Mas, Cinere Depok. Beri’tikaf di masjid yang kubahnya berlapis emas ini ternyata punya keistimewaan tersendiri hingga banyak jamaah yang kecanduan. Apa gerangan penyebabnya?
Di antara jutaan manusia yang tengah sibuk menyiapkan lebaran termasuk mudik ke kampung atau kota halaman, ternyata masih banyak orang yang melakukan i’tikaf atau berdiam diri di masjid di sepuluh terakhir Ramadhan seperti yang penulis amati di Masjid Kubah Mas, Cinere, Depok beberapa hari lalu.
Dari puluhan jamaahnya yang beri’tikaf di sana, ada beberapa yang sudah berkali-kali melakukannya. Mereka seolah kecanduan ‘mengasingkan’ diri untuk lebih mendekatkan diri padaNya dengan memperbanyak amalan Ramadhan seperti membaca Alqur’an dan shalat sunat.
Munasih (66), mantan kepala Rumah Tangga Direktorat Purbakala yang pensiun 2001 lalu ini misalnya sudah 3 kali beri’tikaf di masjid ini sejak 2008, setelah sebelumnya berkelana i’tikaf di beberapa masjid di Jakarta.
Keindahan dan ketenangan masjid yang hampir keseluruhan lantai dan dindingnya dari marmer pilihan ini ini membuatnya jatuh hati beri’tikaf di sini. Bahkan ayah 3 anak dan 2 cucu ini beri’tikaf sebulan penuh Ramadhan tahun ini.
Dua kali Ramadhan sebelumnya dia pergi pulang dari rumahnya di Rawa Belong Jakarta Barat ke masjid ini. Dia mengaku lelah karena beberapa kali ganti kendaraan umum dan kerap terjebak macet. Tahun ini, kakek asli Jogja ini memilih kos di dekat masjid Kubah Mas selama sebulan Rp 900.000 agar bisa lebih khusuk beribadah. Tapi khusus sepuluh hari terakhir Ramadhan, pria yang naik haji tahun 1998 lalu ini menginap di masjid ini untuk beri’tikaf.
Menurut pria yang mengenal menantu pemilik masjid ini, dia menemukan sesuatu yang istimewa hingga membuatnya ketagihan beri’fitkaf di sini. Selain lebih khusus beribadah dan menikmati keindahan masjid ini, dia mengaku bisa khatam (tamat) Alqur’an beberapa kali. “Shalat teraweh di masjid ini setiap malam imannya membaca 1 juz. Jadi kalau 30 malam bisa khatam Alqur’an. Belum lagi saya mengaji sendiri bisa khatam 5 kali karena lebih tenang dibanding di rumah,” jelasnya.
Konsisten
Kecanduan beri’tikaf justru lebih dulu dirasakan Kodir (62), pensiunan BUMN Krakatau Steel, Cilegon tahun 2005 ini. Ayah 3 anak 5 cucu ini sudah 4 kali beri’tikaf di masjid ini sejak tahun 2007. Kakek asli Cirebon yang berdomisili di Depok ini sebelumnya pernah beri’tikaf di sejumlah masjid ternama di Jakarta seperti Masjid Istiqlal, Pondok Indah, dan Masjid Al-Azhar.
Tapi setelah beri’tikaf di Masjid Kubah Mas ini dia mengaku langsung suka dan bahkan kecanduan. Menurutnya imam di masjid ini konsisten menunaikan shalat taraweh 23 rakaat. Tidak seperti di beberapa masjid lain yang pernah didatanginya yang menerapkan 1 kapal 2 nahkoda artinya imamnya menunaikan shalat teraweh 11 rakaat dan teruskan 23 rakaat bagi jamaah yang ingin.
Menurut pria yang juga pergi haji saat Indonesia dilanda krisis moneter (krismon) tahun 1998 lalu ini, i’tikaf itu bukan pelarian dari masalah tapi dilakukan dengan tulus Lillahi Ta’ala. “Ini sudah waktunya buat saya lebih mendekatkan diri padaNya. Biar ballance dunia dan alherat,” jelasnya.
Lain lagi dengan Ahmad (50) jamaah dari Bekasi yang juga sudah beberapa kali i’tikaf di masjid ini. Dia mengaku jauh-jauh hari untuk beri’tikaf di sini dengan restu keluarga. Menurutnya yang terpenting segala urusan dan tanggungjawabnya sebagai suami dan ayah sudah dipenuhi sebelumnya. “Saya sudah mendapat izin dan dukungan dari istri untuk beri’tikaf disini hingga lebih tenang,” jelasnya.
Sore jelang magrib bukan cuma Munasih, Kodir, dan Ahmad saja. Masih ada puluhan jamaah lain yang sedang beri’tikaf di masjid indah ini. Ketika waktu magrib tiba, seluruh jamaah yang beri’tikaf termasuk pengunjung masjid lain, berbuka puasa bersama dengan ta’jil segelas kolak pisang, teh manis, dan segelas air mineral yang di sediakan oleh sejumlah petugas di lorong-lorong terbuka masjid. Kelompok jamaah pria dipisahkan dengan jamaah perempuan.
Setelah itu mereka segera berwudhu untuk shalat magrib berjamaah. Baru kemudian makan dengan menu lengkap di warung yang ada di dalam masjid ini atau menu yang dibawakan oleh anggota keluarga masing-masing. Selepas itu mereka kembali berwudhu untuk shalat isya dilanjutkan shalat taraweh berjamaah 23 rakaat. Usai berjamaah mereka masing-masing melakukan i’tikaf mengaji hingga larut. Keesokan harinya setelah sahur dan shalat subuh berjamaah, mereka melakukan i’tikaf lagi meneruskan membaca ayat-ayat cinta, Alqur’an.
Melihat kenikmatan dan keistimewaan yang dirasakan Munasih, Kodir, dan Ahmad serta jamaah lain yang ber’itikaf di masjid yang kerap dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara ini, menggugah penulis melakukan hal senada di Ramadhan berikutnya. Mudah-mudahan Anda pun tergugah dan punya keinginan serupa.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan(siarmasjid@gmail.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar