berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Jumat, 13 April 2018

Ini Tips Agar Gemar Membaca dan Menghafal Al-Qur’an dari UZA


“Siapa yang hari ini membaca 2 juz Al-Qur’an?”

Itulah pertanyaan Ustadz Zakariyal Anshari (UZA), Lc  yang membuat puluhan jamaah Kajian Islam di ruangan Masjid Fatahillah Balaikota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (13/4/2018) petang itu mendadak terdiam. Hening seketika.
Pertanyaan kelima atau terakhir yang dilontarkan  UZA yang juga penulis buku ini terasa ‘menggampar’ wajah dan ‘mencubit’ hati, bukan hanya para jamaah pun saya pribadi.
Jujur, saya dan para jamaah yang lainnya terkejut sangat mendengar pertanyaan itu, dan tak menyangka sama sekali UZA bakal melemparkan pertanyaan itu.
Para jamaah termasuk saya sampai tidak bisa menjawabnya. Dengan kata lain, itu menunjukkan bahwa pada hari ini, tidak ada seorang pun yang membaca Al-Quran (mengaji) sebanyak 2 juz.
“Jangankan dua juz, setengah juz saja tidak,” bisik hati ini seraya menundukkan wajah karena  malu.
Anehnya tak lama kemudian, ustadz itu bertanya lagi. “Lalu siapa yang hari ini mengaji 1 juz?”. Tapi tak ada satupun jamaah yang menjawab.
Kemudian UZA menyambung lagi pertanyaannya. “Kalau gitu yang mengaji setengah juz hari ini ada?”. Tetap saja tak ada seorang pun yang menunjuk tangan, tanda tak ada seorangpun yang melakukan itu.
“Ya sudah hadiahnya buat pengurus masjid aja, karena tidak ada yang menjawab,” ujar UZA seraya memberikan buku ukuran saku.
Dalam acara Kajian Islam yang diselenggarakan oleh Tim Kajian Islam Pegawai Provinsi DKI Jakarta didukung Pemprov DKI Jakarta hari ini, UZA membagikan 5 buku karangannya, terbagi atas 3 buku berjudul  “Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur’an” dan 2 buku saku tentang tips membaca Al-Qur’an, buat jamaah yang berhasil menjawab pertanyaannya.
Ustad satu ini memang beda. Biasanya ustad lainnya memberi kesempatan kepada jamaah untuk bertanya apa saja dalam sesi tanya-jawab di ujung pertemuan. Tapi dia, justru yang bertanya kepada jamaah.
Siapa yang bisa menjawab pertanyaannya seputar Al-Qur’an dan Sunnah Rosul (Hadist), langsung diberi hadiah berupa buku.
Selepas tunaikan Shalat Isya berjamaah dan Shalat Sunah Ba’da Isya, saya menemui UZA untuk meminta tips agar berminat, bersemangat, dan kemudian menggemari membaca Al-Qur’an sampai akhirnya menghafal.
Secara rinci, UZA menjawabnya. Pertama, harus mengetahui/memahami bahwa  keutamaan/keuntungan membaca Al-Quran itu sangat besar kebaikannya.
Dalam hadist disebutkan siapa yang membaca satu huruf dalam Al-Qur’an akan mendapatkan 10 kebaikan.
“Nah kalau orang itu membaca 10 huruf  berarti sudah mendapatkan 1.000 kebaikan. Bagaimana kalau Al-Qur’an yang dibacanya berjuz-juz tentu akan berlipat-lipat kebaikan yang diperolehnya,” terang UZA.
Nah kalau sudah tahu keutamaannya, lanjutnya pasti  akan bersemangat membaca Al-Qur’an.
Kalau dalam urusan dunia saja, misalnya selalu mendapat keuntungan dalam berdagang pasti akan membuat pedagang itu menjadi bersemangat.
“Sama halnya untuk urusan akhirat, harusnya bisa bersemangat membaca Al-Qur’an karena sudah tahu keuntungan yang didapatkan itu berganda-ganda,” tambah UZA.
Oleh karena itu mulailah membaca Al-Qur’an, memahami, mengkaji, mengamalkan, serta mengajarkannya, dan seterusnya.
Kedua, sebaiknya memahami pula bahwa Al-Qur’an itu dapat memberikan petunjuk.
“Kalau ingin petunjuk dan pasti  butuh terhadap bimbingan Allah maka harus membaca dan memahami Al-Qur’an. Karena yang memerintahkannya itu Allah,” terang UZA.
Tips ketiga, supaya termotivasi rajin membaca Al-Qur’an, harus memahami bahwa sesungguhnya yang mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat itu, tak ada cara lain selain kembali ke Al-Qur’an dan Hadist.
“Ketika paham tentang hal itu, pasti  akan terus dikejar/dipelajari. Untuk itu memang butuh hidayah Allah. Nah, agar dapat hidayah atau terpilih oleh Allah untuk menjaga firman-Nya itu harus terus berjuang dan berusaha,” terang UZA lagi.
Menurut UZA dibutuhkan sebuah motivasi dan metode untuk meraihnya.
“Tentu motivasi dan metode yang dibuat haruslah mencontoh generasi terdahulu yang sukses. Bukan motivasi dan metode yang hanya menumbuhkan semangat sesaat kemudian diakhiri dengan rasa putus asa yang tiada berkesudahan,” jelasnya.
Tips berikutnya (keempat), sebaiknya belajar mengaji dengan guru mengaji. “Minimal  duduk di majelis ilmu/kajian/tadaburan untuk memotivasi belajar Al-Qur’an,” pesan UZA.
Selanjutnya (kelima), membaca/memahami Al-Qur’an memang bisa dimana aja, baik itu di rumah, di perjalanan kereta dan bus/angkot, di kantor, dan lainnya.
“Tapi sebaik-baiknya tempat, sebaiknya di rumah Allah,” imbau UZA.
Keenam, belajar atau membaca Al-Qur’an memang boleh saja lewat HP Android. Namun sebaiknya menggunakan kitab Al-Qur’an karena itu salah satu bukti bahwa kita serius dan bersemangat belajar Al-Qur’an.
“Kalau memakai HP, nanti sebentar-sebentar terganggu atau dilalaikan dengan membaca  WA, nge-cek medsos, dan lainnya. Yang melalaikan justru bisa lebih panjang/lama daripada mengajinya,” tambah UZA.
Tips terakhir atau ketujuh, kalau ingin hafal 30 juz Al-Qur’an, sambung UZA dibutuhkan tekad atau niat yang kokoh, semangat yang kuat, dan tentu saja  metode yang tepat.
“Kalau sudah punya niat yang bulat, langkah-langkah selanjutnya Insya Allah  menjadi lebih ringan. Tingkat keberhasilannya itu tergantung ketekunan. Kalau mau sukses sebagai hafiz/hafizoh, ya harus tekun membaca dan menghafalnya,” pungkasnya.
Sepulang memberi makan rohani dengan siraman Kajian Islam dari Ustadz Zakariyal Anzhari, Lc, saya masih terngiang-terngiang dengan pertanyaannya seperti tersebut di awal tulisan ini.
“Ya Allah, teguhkan hati hamba agar senantiasa bersemangat membaca Kitab Suci-Mu, Ayat-Ayat Cinta-Mu. Jangan sampai pekerjaan, kesibukan apalagi kegemaran dan segala macam urusan serta permainan dunia melalaikan hamba,” begitu kata hati sambil merenung dalam-dalam.

Naskah & foto:  adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)

1. Ustad Zakariyal Anshari (UZA), Lc pemberi materi Kajian Islam dan Bedah Buku.

2. Suasana Kajian Islam di Masjid Fatahillah Balaikota Jakarta.

3. Masjid Fatahillah Balaikota yang diresmikan Presiden Jokowi.
4. UZA menjelaskan keuntungan membaca dan menghafal Al-Qur'an.
5. Buku karangan UZA ini bisa jadi pedoman untuk bisa menghafal 30 Juz Al-Qur’an.
6. UZA menandatangani buku karangannya itu buat jamaah.

Senin, 02 April 2018

Balasan Puisi Buat Sukmawati Bukan Cuma dari Indonesia pun Palestina, Judulnya ‘Untuk Ibu Indonesia’


Sejumlah puisi mendadak marak di media sosial, termasuk media masa.  Puisi-puisi itu bukan untuk merayakan Hari Puisi Sedunia (World Poetry Day) 21 Maret lalu, melainkan sebagai balasan atas puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ yang dibacakan Sukmawati dalam acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018 di JCC, Kamis (29/3). Sebab puisi yang dibacakan oleh salah satu anak perempuan Presiden Soekarno itu, isinya dituding melecehkan syariat Islam karena membandingkan azan dengan kidung dan juga cadar dengan sari konde.

Puisi-puisi balasan itu bukan cuma datang dari Indonesia tapi juga dari Palestina, seperti puisi berjudul ‘Untuk Ibu di Indonesia’ yang ditulis dan dibacakan langsung oleh Muhammad Husein di Pantai Mediterania, Jalur Gaza, Palestina, yang kemudian divideokan dan diunggah ke akun Instagram (IG)-nya @muhammadhusein_gaza.

“Saya bukan pujangga, bukan pula penulis puisi. Tapi, kalau dengan sebuah puisi Ibu Sukmawati saja bisa melecehkan syari’at Islam, maka kenapa saya tidak bisa berpuisi untuk meluruskannya?” begitu tulis Muhammad Husein di bawah video tersebut.

“Dari Pantai Mediterania, Jalur Gaza, Palestina, saya bacakan puisi ini untuk didengar oleh para ibu di Indonesia (termasuk Ibu Sukmawati),” terangnya.

Muhammad Husein pun mempersilahkan warganet untuk menyebarluaskan video pembacaan puisi balasannya tersebut.

“Silahkan repost seluas-luasnya… Semoga menjadi tabungan pemberata timbangan di hari hisab,” tegasnya.

Dalam video tersebut Muhammad Husein membacakan puisi ‘Untuk Ibu di Indonesia’ sambil duduk di kursi berwarna oranye berlatar tulisan I LOVE (tanda hati) GAZA berwarna merah.

Dia mengenakan kemeja panjang berwarna biru dongker dan celana blue jeans panjang serta memegang HP dengan cover putih yang disambung dengan earphone juga berwarna putih. Dia membacakan puisi tersebut di siang hari, terlihat dari bayangan kursi dan badannya.

Dalam video itu terlihat juga Laut Mederetirina yang biru serta terdengar suara gemuruh angin laut, meskipun ada back sound suara alunan musik.

Pembacaan puisi yang ditulis di HP-nya itu, diawalinya dengan membaca Bismillahirrohmanirrohim dan mengucapkan salam Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Begini penggalan puisinya:

Untuk Ibu di Indonesia

Aku tahu syari’at Islam karena ibuku lah orang pertama yang tanamkan itu dij iwaku

Ada yang bilang sari konde ibu sangatah indah

Lebih cantik dari cadar yang kakak gunakan

Tapi ibuku berpesan… 

‘Nak, cantik di mata kalian… belum tentu cantik di mata tuhan

Indah di mata kalian… belum tentu indah di mata Tuhan”

Aku terlahir dari ibu Indonesia…

Puisi yang disukai 522 warganet itu pun mendapat beragam komentar.

Subhanallah sampai ke Gaza puisi ibu konde… seorang anak proklamator menyampaikan puisi penuh sara dimana jiwa kebhinekaan ibu... dengan mudahnya membuat puisi seperti itu… Astagfirullah semoga Allah segere beri hidayah sebelum datang malaikat pencabut nyawa menghampirumu,” tulis pemilik akun @iimryz.

Mantap mas… Moga hidayah hadir buat seluruh alam terkhususunya ibu sukmawati,” ungkap @duniaakhirat973.

Masya Allah... indah sekali puisinya akhi, semoga sampe ke telinga Ibu Sukmawati,” sambung @latifah.dpoendjoel.

Ada juga warganet yang terharu dengan puisi tersebut dan tak lupa mendoakan Muhammad Husein agar selalu dilindungai Allah.

Masya Allah... terharu semoga Allah selalu melindungi @muhammmadhusein_gaza dan juga saudara/sudari kita di Gaza Palestine, Aamiin,” ujar @khanza_78.

Makasi y atas puisi balasanx q suka salam ya buat saudaraku d Gaza semoga selalu dalam lindungan Allah…,” tulis @sholeha_muslim.

Tak lama kemudian, video pembacaan puisi balasan dari Palestina tersebut di-repost sejumlah akun IG lainnya seperti @fans_uas_jember yang disukai 15 warganet, @alinixzero (14), @abu_nawas_01 (30), @hujan_kabut (12), @ridowahyudi124 (7), @majelisdistorsi (8), @ismi_411 (3), @iwan.prast (5), @mujahid_sosmed_ (4), @suwendi (9), dan  @pemuda_hijrah yang disukai 1.562  warganet dengan 58 komentar dengan diberi tagar #pemuda_hijjrah.

Di Indonesia sendiri ada Doni Riw, Ozye Al-mahdaly, dan Ustadz Felix Siauw yang lebih dulu membuat puisi balasan yang indah dan penuh makna.

“Baju dan gaya rambut nenek moyang dianggap jati diri. Mereka lupa, ketika ajal tiba, semua akan sirna. Bangsa, warna kulit, baju, konde, semua sirna. Ada makna seluas samudera di balik jasad kasat mata. Jati diri tak sedangkal itu. Jati diri sesungguhnya adalah kesadaran akan hakikat diri sebagai manusia,” begitu sepenggal puisi Doni Riw berjudul ‘Konde dan Jati Diri Manusia' yang diunggahnya di akun IG-nya @doniriw.

Berikuti puisi lengkap Doni Riw:

KONDE & JATI DIRI MANUSIA, © Doni Riw

Sebagian manusia mencari jati diri dari tubuh jasmani. Si kulit putih merasa berjati diri barat. Si kulit kuning merasa berjati dirinya timur. Si kulit cokelat merasa berjati diri tenggara.

Baju dan gaya rambut nenek moyang dianggap jati diri. Mereka lupa, ketika ajal tiba, semua akan sirna. Bangsa, warna kulit, baju, konde, semua sirna. Ada makna seluas samudera di balik jasad kasat mata. Jati diri tak sedangkal itu. Jati diri sesungguhnya adalah kesadaran akan hakikat diri sebagai manusia. Dari mana dia berasal. Untuk apa dia hidup. Ke mana dia menuju.

Sedang jawaban atas ketiganya bukan berlandas perasaan suka-suka. Tapi melalui proses aqliah yang penuh waspada. Proses aqliah yang sadar akan batas akalnya.

Wahai ibu... Jika kau serius, sungguh-sungguh, dan jauh dari rasa angkuh, kau akan menemukan kebenaran Allah, RasulNya, AlQuran, dan SyariatNya.

Kau akan memahami surga dan neraka seperti kau melihat dengan mata kepalamu sendiri. Baru kau akan paham, apa itu adzan, apa itu hijab, apa itu perintah Allah.

Kau kan mengerti bahwa tak ada yang lebih peting selain tunduk pada perintah Nya. Kau akan paham, bahwa bukan hijab atau cadarnya yang penting. Tetapi ketundukan pada Allah ta'ala lah yang utama.

Andai saja Allah tak mewajibkan hijab, tetapi mewajibkan kebaya dan konde, maka muslimah di seluruh dunia akan meninggalkan hijab dan berbondong mengenakan kebaya dan konde.

Tanpa banyak alasan, apakah kebaya dan konde itu budaya Arab atau Jawa. Karena bagi manusia yang telah paham jati dirinya, semua gemerlap jasadi itu tak lagi penting.

Seluruh gemerlap jasad itu ditundukkan sepenuhnya pada jati diri hakiki. Yaitu jati diri sebagai hamba Allah yang harus tunduk patuh pada perintahNya.

Jogja 2418

Puisi yang di sukai 495 warganet itupun mendapat bermacam komentar.

Indah... bermakna... penuh pesan dan pengajaran…,” tulis pemilik akun @yan_ardiansyah648. “Herannn...masih ada aza manusia sedangkal beliau...rasa benci membodohkan segalanya... nauzubillah...,” ungkap @janeeta_shahia.

Kerenn abis... semoga ibu itu dapat hidayah," ungkap @muhhimam. Sedangkan @bundasafiyya mengatakan: “smoga trah kel.itu mendpt hidayah Islam”.

Sementara puisi Ozye Al-mahdaly berjudul ‘Puisi Muslimah Indonesia’ diunggah pemilik akun IG @nisaa_ummumaryam.

Begini isi puisi lengkapnya:

Dulu aku buta syariat. Menyangka konde bagian dari etika penampilan seorang muslimah

Nyatanya tidak, menutup keindahanlah yg menjadi perintah Tuhanku, karena aku seorang muslim.
Dulu aku buta syariat, sekalipun terlahir islam.
Namun suara azan adalah pengingat lima kali sehari bagi hati yg kosong. Lebih kurindu melebihi kerinduan pada lantunan apapun.

Dulu aku begitu pandir, menyangka sabda bisa dilawan dgn akal. Namun ternyata aku celaka!
Tanpa sadar, kutelanjangi kebencian dan kebodohan atas Kalam Tuhanku, karena Dia adalah pemilik jiwa yg berhak atas penghambaanku.
Duh, aku semakin ketakutan, karena ancaman begitu jelas di dalam Kitab Suciku
Bahwa siksaan dan kekafiran adalah balasan bagi setiap yg ingkar lagi mengolok-olok. Dan neraka akan mengekalkan.

Kini aku semakin yakin dan butuh syariatku
Bahwa menutup keindahan wanita adalah bagian dari Iman, bukan budaya. Bahwa konde yg tergelung tinggi adalah perbuatan terlaknat!
Dan saya bangga menanggalkannya...

Kalau tak tahu syariat, usah bernyanyi
Diam itu lebih selamat bila tak jua mengerti.
Karena Perintah Tuhanku tak akan ada tandingannya. Kecuali dari dua jenis manusia: Bodoh dan angkuh penentang!

Dulu ku bodoh dan buta syariat
Menyangka pahala dan siksa hanyalah hikayat berdebu pengantar tidur

Namun sekarang setiap kisah kematian adalah ketakutan terdahsyat yg memaksa sadarku
Aku buta dahulu, namun Imanlah yg membuatku bisa melihat keindahan syariat agamaku!

Ditulis oleh: Ozye Al-Mahdaly hafidzahallah ta'ala

Puisi yang disukai 707 warganet itu pun ramai komentar bernada pujian.

Izin repost Ukh, puisinya bagus dan bermakna,” tulis si empunya akun @ukh_muth.

Maasya Allah... maaf izin repost,” kata @khadijahdany.

Sementara puisi yang ditulis Ustadz Felix Siauw (UFS) berjudul 'Kamu Tak Tahu Syariat'.

"Kalau engkau tak tahu syariat Islam, seharusnya engkau belajar bukan berpuisi, harusnya bertanya bukan malah merangkai kata tanpa arti," begitu penggalan puisi UFS yang ia posting melalui akun IG-nya @felixsiauw, Senin (2/4/2018).

Berikut puisi lengkap UFS tersebut:

Kamu Tak Tahu Syariat

Kalau engkau tak tahu syariat Islam, seharusnya engkau belajar bukan berpuisi, harusnya bertanya bukan malah merangkai kata tanpa arti

Bila engkau mau mengkaji, engkau akan memahami bahwa hijab itu bukan hanya pembungkus wujud, tapi bagian ketaatan, sebagaimana saat engkau ruku dan sujud

Engkau juga akan mengerti, bahwa membandingkan konde dan cadar itu perkara menggelikan, sebab yang satu ingin terjaga, yang lain malah mengumbar

Kalau engkau tak tahu syariat Islam, hal paling pintar yang engkau lakukan adalah diam. Sebab bicara tanpa ilmu itu menyesatkan, berjalan tanpa pelita di gelap malam

Pastinya juga engkau tak tahu bahwa negeri ini dibangkitkan darah perlawanannya oleh kalimat takbir, yang enam kali dilantangkan dalam azan yang engkau tuduh tak lebih merdu dibanding kidung ibu

Tanpa Islam tak ada artinya Indonesia, maka dimulakan negeri ini dengan "Atas berkat rahmat Allah". Islam adalah ruh Indonesia, nyawa Indonesia

Takkan berdaya wanita Indonesia tanpa Islam, yang telah menuntun mereka dari gelapnya penjajahan menuju cahaya kemerdekaan. Dari sekeder pelengkap jadi tiang peradaban

Dan kini aku menggugat dirimu, mempertanyakan dirimu, siapa kamu sebenarnya?

Mengapa cadar dan azan begitu mengganggu dirimu, membuat engkau resah? Yang kutahu, hanya penjajah yang begitu

Tak paham konde, tak mampu berkidung, tak jadi masalah. Tapi tak tahu syariat mana bisa taat?

Tak Indonesia tetap bisa menghuni surga, tak Islam maka tak ada lagi penolong di satu masa yang tak ada keraguan di dalamnya

Kalau engkau tak tahu syariat. Mari sini ikut melingkar dan merapat. Akan aku sampaikan biar engkau pahami, bagi mereka yang beriman, tak ada yang lebih penting dari Allah dan Rasul-Nya

Puisi UFS yang disukai 91.469 warganet itu pun mendapat 3.681 komentar dari sejumlah public figure dan ustadz lainnya.

Presenter dan pemain film Arie Untung lewat akun IG-nya @ariekuntung misalnya memberi komentar begini:

Gpp tadz, setiap adzan dikumandangkansetan kan pada kabur karena tidak suka, kalau beliau tidak suka mungkin ga usah dijabarkan siapa beliau. Budaya bertoleransi sdh dilupakan, tapi ini malah leih memudahkan umat Islam kok tada. Fihak pembenci Islam sudah jelas sejelas2jelasnya yg mana. It’s bitter sweet blunder tadz,” tulis suami artis Fenita Arie ini.

Nyesek bgt dgr puisi sampahnya busuk, ngaku pemeluk islam tp ga tau syariat, trus selama ini dia ngapain ajaaaa ..., kata @siswati_helen.

Dia kepanasan saat dengar adzan…,” ungkap @taufik_kollogy.

Mungkin Allah mau menunjukkan siapa dia sejatinya dari mulut dia sendiri, semoga setelah kejadian ini, makin membukakan mata kita semua, siapa sebenarnya musuh Islam,” kata @nunungth.

Sejumlah warganet lainnya berkomentar Allahu Akbar, Subhanallah, Masya Allah, dan lainnya serta memuji puisi/tulisan UFS, di antaranya si empunya akun @eva_arman. “MasyaAllah kena banget Ustadz, izin share ya Ustadz,” pujinya.

Puisi UFS tersebut pun dikutip sejumlah akun IG, antara lain @keripikpedas_, @pemuda_hijjrah, @indonesiabertauhidid, dan @mozaik_islam serta di CC ke @yukngajiid dan @hijabalila oleh UFS.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Foto: @muhammadhusein_gaza, @doniriw, @nisaa_ummumaryam & @felixsiauw