berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Sabtu, 27 Mei 2017

Menikmati Arsitektur Jawa dan Eropa Khas Masjid Cipaganti Saat Ramadhan

Jumlah masjid di Kota Bandung ada dua ribuan lebih. Dua diantaranya tercatat sebagai masjid bersejarah, yakni Masjis Cipaganti dan Masjid Mungsolkanas.

Sekretaris Dewan Masjid Indonesia Kota Bandung, H. Efendi Rahmat, M. Ag menjelaskan jumlah masjid di Kota Bandung, Jawa Barat tercatat sebanyak 2.793.

“Itu yang terhitung, dan masih banyak yang belum terdata. Jumlah itu terdiri atas 2.086 masjid jami, 1 masjid agung yakni Masjid Agung Al-Ukhuwah, 1 masjid raya (Masjid Raya Jawa Barat), 30 masjid besar (masjid kecamatan), dan 2 masjid bersejarah yakni Masjid Besar Cipaganti dan Masjid Mungsolkanas),” terangnya.

Berdasarkan info tersebut, jelang Ramadhan, SiarMasjid meluangkan waktu menikmati salah satu dari dua masjid bersejarah yang ada di Kota Kembang itu, yakni Masjid Cipaganti yang berada di Jalan Cipaganti Nomor 85, sekarang bernama Jalan RAA Wiranatakusumah.

Usai meng-explore Cihampelas Sky disela-sela meliput kegiatan Internasional Tourism & Hospitality Grand Recruitment (ITHGR) 2017 yang digelar Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) NHI Bandung, SiarMasjid langsung bergegas menuju Masjid Cipaganti melewati jalan raya dimana terdapat kantor dan pangkalan mobil travel Cipaganti.

Di sisi kiri jalan tersebut banyak terdapat pedagang makanan seperti bakso, batagor, siomay, warung nasi, aneka jus dan lainnya, sementara di seberangnya menjadi lokasi parkir sepeda motor.

Tak sampai 200 meter, tibalah di Masjid Cipaganti.

Dari kejauhan masjid ini tak seperti masjid pada umumya. Lantaran tidak memiliki kubah.

Masjid yang di bangun diatas tanah seluas 2.025 meter ini semula luas bangunannya 19 x 15 meter, kemudian diperluas ke bagian sayap kanan dan kiri masjid masing-masing berukuran 17 x 15 meter pada tahun 1965 hingga akhirnya ini mampu menampung 1.500 orang. Satu saf bisa diisi 100 orang.

Masjid ini dinyatakan bersejarah, karena dulunya berjasa dalam pergerakan kemerdekaan bahkan presiden pertama RI, Soekarno kerap berkunjung.

Kini Masjid Cipaganti bukan sebatas tempat  beribadah, pun menjadi tempat pengajian dan pendidikan  agama buat anak-anak dan remaja, antar lain sekolah taman kanak-kanak Al Qur’an(TKA) di sebelah kanan.

Selain bangunan utamanya juga ada tambahan bangunan baru, di sebelah kiri seperti kantor DKM, kantin, dan biro perjalanan ibadah haji/umroh.

Warga Belanda bernama Prof. Kemal CP Wolf Schoemaker yang menjadi mualaf tahun 1930 yang membangun Masjid Cipaganti pada tahun 1933 sebagai wujud cintanya terhadap Islam.

Pembangunan Masjid Cipaganti memakan waktu setahun dan diresmikan 27 Januari 1934.

Wolf adalah seorang arsitek Belanda yang menjadi Profesor di ITB Bandung. Karya arsitekturnya di Bandung cukup banyak, antara lain Gereja Katerdal, Hotel Preanger, Villa Isola (kampus UPI), laboratorium Boscha, dan Penjara Banceuy.

Masjid Cipaganti  ini menjadi masjid pertama di Bandung Utara yang pada masa itu menjadi kawasan permukiman elite bangsa Eropa (een Western Enclave) dan segelintir bangsawan pribumi.

Arsitektur Eropa dan Jawa begitu menonjol di masjid yang menjadi cikal bakal penyebaran dan pusat studi Islam di Bandung Utara itu.

Arsitektur Jawa-nya terlihat di  atap sirap berbentuk tajuk tumpang dua dan empat saka guru di dalam masjid berornamen bunga bersulur serta ukiran kaligrafi berlafaz hamdalah.

Unsur Eropa-nya dari lokasi masjid yang terletak antara Jalan Cipaganti dan Jalan Sastra. Posisi ini sering disebut "tusuk sate".

Konstruksi atap bangunannya memakai teknik bangunan kolonial yang nampak jelas dari penggunaan kuda-kuda segitiga pada interior atap tajug-nya.

Atapnya menggunakan sirap, tiang-tiangnya terbuat dari kayu jati yang kokoh dan terpahat ukiran floral dan kaligrafi.

Penggunaan relung-relung jenis tapak kuda (horseshoe arches) nampak pada pintu utama masuk dan menuju mihrab tempat seorang imam memimpin shalat.

Elemen yang paling menarik di ruangan utama dalam masjid ini adalah lampu kuningan antik. Lampu dengan penggantung berasal dari logam tersebut merupakan peninggalan asli sejak zaman kolonial.

Nama Wolf Shoemaker sebagai arsitek masjid ini dapat dilihat di area depan masjid, sedangkan di bagian atasnya tertulis peletak batu pertama yaitu Asta Kandjeng Bupati Bandung, Raden Tumenggung Hasan Soemadipradja didampingi Patih Bandung, Raden Rc. Wirijadinata pada tanggal 11 Syawal 1351 Hijriyah atau tanggal 7 Februari 1933.

Meskipun Masjid Cipaganti tidak berkubah namun gaung suara adzan bisa terdengar hingga Jalan Cihampelas.

Ini berkat kepiawaian Wolf dengan mendesain suatu ruangan menara tersembunyi yang terletak di langit-langitnya. Untuk mencapai ruangan menara itu harus melewati tangga terlebih dulu.

Letaknya yang strategis di pinggir jalan raya, dekat dengan kawasan Cihampelas Sky, Mall Cihampelas,  sejumlah rumah makan, dan jajanan serta pedagang aneka kerajinan dan suvenir khas Bandung, membuat masjid ini selalu ramai setiap hari, terlebih saat Shalat Jum’at.

Menurut salah seorang pengurus Masjid Cipaganti, khusus di bulan Ramadhan, masjid ini pun ramai jama’ah-nya, untuk shalat lima waktu, buka bersama, dan juga Shalat Taraweh.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar