berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Kamis, 26 Juli 2012

Ke Curug Malela, Singgahlah ke Mesjid Jami Assibyan

Mungil tapi bersih.

Kalau menyebut Curug Malela mungkin para pegiat alam bebas, tourism blogger, dan petualang di Bandung dan Jabodetabek tak begitu asing, lantaran informasinya sudah mulai banyak di internet. Tapi kalau menyebut Mesjid Jami Assibyan mungkin segelincir saja yang tahu. Maklum, informasinya amat minim. Lalu apa hubungannya antara curug yang berjuluk Niagara Mini-nya Indonesia dengan mesjid itu?

Kalau ditilik secara geografis, jelas kedua obyek yang sangat  berbeda ini, yang satu obyek wisata alam yang belakangan kian diminati turis lokal dan mancanegara  karena keindahannya, dan satunya lagi tempat peribadatan muslim ini jelas ada hubungan.

Mesjid Jami Assibyan berada di Kampung Simpang, tepatnya di RT01/RW03, Desa Bunijaya, Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.  Sekitar 100 meter  dari pertigaan antara ke Cianjur, Bandung, dan arah ke Curug Malela. Posisinya agak ke dalam, lewat gang kecil yang di kiri kanannya rumah penduduk.

Sedangkan Curug Malela berada di Kampung Maglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, masih di Jawa Barat.

Pertigaan Kampun Simpang di mana terletak tak jauh dari Mesjid itulah tempat pemberhentian pengunjung yang hendak melanjutkan perjalanan ke Curug Malela setelah menempuh waktu perjalanan sekitar 3 jam dari Terminal Lewi Panjang, Kota Bandung dengan bis ¾.

Biasanya pengunjung menunaikan kewajibannya Shalat Zuhur  di Mesjid Assibyan  sesampainya di pertigaan simpang sebelum ataupun sesudah menikmati pesona Curug Malela. Lokasi Curug Malela dari pertigaan tersebut masih sekitar 2 jam lagi dengan ojek sepeda motor dan dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Seperti yang dilakukan beberapa serdadu (anggota) Kembara Tropis (KT)_ sebuah komunitas pegiat alam bebas  yang berbasis di Jakarta, sepulang bermalam di Curug Malela. 
Plang persimpangan.

Selepas makan siang di sebuah rumah makan di depan raya pertigaan simpang tersebut, serdadu  Marno, Ratna, Iwoe, Ana termasuk saya menunaikan Shalat Zuhur di Mesjid Jami Assibyan. Sementara 2 serdadu KT lainnya Lestari dan Tuti menunggu di depan warung makan tersebut karena sedang berhalangan.

Usai mendapat informasi letak mesjid dari pemilik rumah makan tersebut, kami pun bergegas. Setelah menyeberang jalan, kemudian masuk gang, barulah nampak atap dan bagian belakang  mesjid ini.

Dari namannya saya pikir mesjid ini berukuran besar dan megah sebagaimana masjid jami umumnya. Ternyata ukurannya tidak begitu besar, lebih menyerupai mushola.

Interiornya juga amat sederhana. Tidak ada lampu besar apalagi kristal sebagaimana masjid besar. Arsisitekur masjid bergenting tanah liat ini berjenjang pada atapnya. Di bagian puncak atapnya ditempatkan kubah kecil dari bahan seng. Di antara jenjangnya ditempatkan speker atau alat pengeras suara azan.

Di halaman belakang masjid ini dekat depan persimpangan gang, tertancap plang nama mesjid ini. Yang justru cukup menarik, persis depan mesjid ini kira-kira sekitar 15 meter, mengalir Sungai Cicadas yang berair bening saat musim kemarau. Sumber air untuk kolam dan wudhu jamaah mesjid ini diambil dari sungai tersebut dengan cara dialirkan dengan  pipa plastik.

Saat kami tiba di mesjid itu, sepi. Tidak ada satupun jamaah apalagi pengurus mesjid. Mungkin waktu shalat zuhur berjamaah sudah selesai.  Tak lama kemudian ada dua orangtua yang mampir dan zuhuran di masjid tersebut. Keduanya nampak bukan orang asli Kampung Simpang ini.

Usai zuhuran, saya berniat beramal. Tapi kotak amal yang saya cari, tidak ada satupun. Entah mungkin tidak disediakan atau disimpan oleh pengurusnya untuk mengantisipasi pencurian.
4 Serdadu KT berpose.

Sebelum kembali ke rumah makan semula, kami sempat mengabadikan mesjid mungil ini. Tak lupa foto bersama di bawah plang-nya.

Kendati kecil dan tak megah, keberadaan mesjid ini amat membantu pengunjung yang hendak melaksanakan kewajibannya. Dan satu lagi, sekalipun ukurannya kecil, kebersihan masjid ini cukup terjaga. Di halamannya tak ada sampah yang berserakan.

Nah, jika Anda kebetulan berwisata ke Curug malela dan melewati pertigaan Kampung Simpang ini, tak ada salahnya mampir ke Mesjid  Jami Assibyan untuk shalat dan menikmati sejuknya air wudhu yng diambil dari Sungai Cicadas yng mengalir di depan mesjid tersebut.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar