berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Kamis, 01 Juni 2017

Suka Jelajah Masjid Unik? Jangan Lupa Sambangi Masjid Seribu Tiang Jambi


Anda gemar berwisata religi mengunjungi masjid-masjid unik saat Ramadhan? Kalau iya, sambangi Masjid Agung Al-Falah Kota Jambi. Pasalnya arsitektur masjid satu ini punya keunikan tersendiri, terutama keberadaan jumlah tiang penyangganya hingga membuatnya dijuluki Masjid Seribu Tiang.

Masjid yang beralamat di Jalan Sultan Thaha Syaifuddin Nomor 60, Legok, Kota Jambi ini berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare.

Luas bangunannya mencapai 6.400 meter persegi dan mampu menampung sekitar 10 ribu jamaah.

Tanah lokasi masjid, dulunya merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi. Namun pada tahun 1885 dikuasai penjajah Belanda dan dijadikan pusat pemerintahan dan benteng Belanda.

Hal tersebut sejalan dengan penjelasan sejarawan Jambi, Junaidi T Nur, bahwa Mesjid Agung Al falah ini memang berdiri di lahan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin.

Nama Sultan Thaha Syaifuddin sendiri kemudian disematkan menjadi nama resmi bandar udara Jambi, yakni Bandar Udara Sultan Thaha.

Masjid yang didirikan tahun 1971 ini tercatat baru sekali dirombak, yakni pada 2008, tanpa mengubah bentuk aslinya.

Dijuluki Seribu Tiang lantaran masjid ini memiliki banyak tiang di setiap sisi bangunan.

Tiang-tiang tersebut berfungsi sebagai penahan gempa, sehingga masjid ini disebut-sebut anti gempa.

Sebenarnya jumlah tiangnya tak sampai 1.000. Ada yang bilang jumlahnya cuma 232 tiang, ada pula yang mengatakan 256 tiang, dan ada pula yang mengklaim hanya 280 tiang. Namun karena banyaknya tiang yang menjulang tinggi dan berjejer dengan rapi membuat masjid ini lebih dikenal warga dengan Masjid Seribu Tiang.

Dari ratusan jumlah tiangnya, terdapat 40 tiang berbentuk silender yang terbuat dari bahan tembaga. Posisi ke-40 tiang itu berada di bagian tengah sekaligus juga menjadi penyangga kubah masjid.

Muhammad Zubir, salah satu pengurus masjid Seribu Tiang lewat video yang diunggah di laman Youtube mengatakan pembuat tiang di bagian tengah masjid yang terbuat dari bahan tembaga itu adalah orang dari Jawa, tepatnya Jepara.

Pada bagian tiang ini terdapat ornamen ukiran Jepara yang lebih detail bermotif flora.

Ratusan tiang lainnya berukuran lebih langsing berwarna putih dengan jarak satu sama lainnya  cukup rapat. Tiang-tiang ramping itu membentuk tiga sulur ke atas, sebagai penyanggah sekeliling atap masjid sebelah luar.

Interior khas lainnya, ada pada bagian mihrabnya. Berupa hamparan vertikal berbentuk ukiran yang terbuat dari bahan material kayu dengan warna merah kekuningan.

Dibagian atas dinding mihrabnya terdapat lengkungan kuningan. Di atas lempengan tersebut tersaji tulisan kaligrafi berbahasa Arab.

Sementara bagian dalam kubah dihias dengan ornamen garis-garis simetris mirip dengan garis garis lintang dan garis bujur bola bumi.

Ring besar di bawah kubah di hias dengan lukisan kaligrafi Al-Qur’an berwarna kuning emas.

Kaligrafi itu dibuat mengitari seluruh bagian sisi terbawah kubah. Hiasan inilah yang memberikan kesan sangat kental adanya adopsi masjid tradisional di Jawa.

Sebuah lampu gantung berukuran sangat besar berbahan tembaga menggelantung di tengah kubahnya. Lampu gantung bertipe chandelier tersebut memiliki tentakel seperti gurita.

Keistimewaan lainnya, masjid ini berkonsep terbuka layaknya bangunan pendopo di Jawa, tanpa pintu, jendela maupun tembok penyekat.

Al-Falah dalam Bahasa Arab bila di-Indonesiakan bermakna 'Kemenangan', menang maksudnya mempunyai kebebasan tanpa kungkungan. Filosofi itulah yang mungki menjadi dasar dibangunnya masjid ini dengan konsep terbuka, supaya umat Muslim dari manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini.

Selain itu, bangunan utama masjid ini dikelilingi kolam berisi bermacam ikan.

Lokasi masjid kebanggaan warga Jambi itu terbilang strategis.

Tak jauh dari komplek masjid juga terdapat sejumlah tempat bersejarah, mulai dari pasar tradisional terbesar di Jambi yakni Pasar Angso Duo, menara air bekas peninggalan Belanda, dan Museum Perjuangan.

Jaraknya pun cukup dekat dari Bandara Sultan Thaha Jambi yakni sekitar 25 menit berkendara.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar