berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Rabu, 31 Januari 2018

Gerhana Bulan Total Momen untuk Kembali ke Jalan Allah SWT

Fenomena Gerhana Bulan Total (GBT) tahun ini merupakan salah satu dari sekian tanda kebesaran dan kekuasaan sang Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa Taala (SWT). Hendaknya disadari dan dijadikan momen untuk kembali ke jalan Allah SWT.

“Jangan justru dibuat guyonan melalui media sosial (medsos) yang sekarang ini banyak terjadi dilakukan umat Islam,” begitu salah satu isi ceramah sekaligus imbauan dari Ustadz Ahmad Sofi selaku khotib Shalat Sunah Gerhana Bulan atau Khusuf berjamaah di Masjid Jami Al-Falah, Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (31/1/2018) malam.

Mungkin yang dimaksud Ustadz Ahmad Sofi yang mengenakan baju koko Pakistan, peci, dan sorban serba putih ini, kini banyak bermunculan meme (baca: mim, bukan me-me) gerhana bulan berupa foto maupun kata-kata dan lainnya yang bernada guyonan/melucu/mengejek di medsos.

Menurutnya Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaannya bukan hanya lewat gerhana namun juga segala macam bentuk tanda-tanda kekuasan Allah SWT yang menjadi kenyataan agar membuat manusia takut.

Malam ini, lanjut Ustadz Ahmad Sofi benar terjadi gerhana bulan, maka sunah muakad hukumnya bagi umat Islam untuk melaksanakan Shalat Sunah Gerhana Bulan, walaupun Rosulullah SAW tidak pernah melaksanakan Shalat Gerhana Bulan secara berjamaah.

“Tapi saat terjadi gerhana matahari, Rosulullah melaksanakan Shalat Sunah Gerhana Matahari berjamaah,” terang Ustadz Ahmad Sofi sebagaimana dikutip dari Imam Malik dalam kitab Syarof Shohih Bukhari.

Shalat Khusuf itu adalah salah satu amalan saat terjadi gerhana sebagaimana sabda Nabi Shallahu ‘Alahi Wasallam sebagaimana HR. Bukhari No. 1044:

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di anatara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana itu tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakan shalat, dan bersedekahlah”.

Pantauan SiarMasjid, pelaksanaan Shalat Khusuf di masjid yang bersebelahan dengan gedung Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Falah ini berjalan lancar dan khidmat.

Semula salah seorang anggota pengurus masjid ini mengumumkan shalat sunah tersebut akan dilaksanakan ba’da (setelah) Shalat Maghrib berjamaah. Namun akhirnya dilaksanakan setelah Shalat Isya berjamaah.

Keputusan itu diambil setelah beberapa pengurus masjid memantau langit seusai Maghrib namun belum juga nampak gerhana bulan. Namun menjelang Isya, akhirnya baru terlihat gerhana bulan itu.

Sebelum menunaikan Shalat Isya, Ketua Pengurus Masjid Jami Al-Falah KH. Kahmasy Shiddiq sekaligus salah satu imam senior di masjid ini memberikan pencerahan seputar tata cara Shalat Khusuf.

“Niatnya Usholli Sunatan Khusuf Rak'ataini Ma’muman Lillahi Ta’ala. Niat itu salah satu rukun shalat,” jelas KH. Kahmasy Shiddiq.

Setelah itu, baru dilaksanakan Shalat Isya dan Shalat Khusuf berjamaah yang diimami oleh Ustadz Ahmad Haromain yang bersuara empuk.

Penampilan Masjid Jami Al-Falah sebagai tempat penyelenggaraan Shalat Khusuf tidak mengalami perubahan berarti. Hanya jumlah jamaahnya saja yang bertambah berkali-kali lipat.

Suasananya nyaris seperti hari-hari pertama Shalat Tarawih di Bulan Suci Ramadhan. Penuh, semarak, dan banyak anak-anak.

Biasanya kalau Shalat Maghrib berjamaah di masjid ini, jamaah paling banyak setengah ruang utama saja. Tapi kali ini ruangan shalat utamanya yang lantainya ditutupi permadani hijau dan berkapasitas 300 jamaah terdiri atas 15 shaf dimana per shaf-nya bisa memuat 20 orang, penuh.

Bahkan jamaah laki-lakinya mulai anak-anak, remaja, orang dewasa sampai para orang tua sampai memenuhi ruang bagian belakang dan juga ruang sayap sebelah kanan, tepat di belakang sebuah bedug besar.

Sementara ruang di sayap sebelah kiri dipenuhi jamaah perempuan terutama para ibu. Jadi total jumlahnya kira-kira seribuan jamaah. Sedangkan di lantai satu kosong.

Lampu gantung kristal utama berukuran paling besar dan menggantung tepat dari atap kubah yang biasanya dimatikan, kali ini sengaja dinyalakan sehingga ruangan utama masjid yang seluruh dinding dan lantainya dilapisi marmer ini terlihat lebih berkilau dan semakin elegan.

Apalagi ditambah dengan sebuah mimbar berserta kursi yang semuanya terbuat dari kayu berwarna coklat.

Mimbar itu, tempat khotib menyampaikan ceramah terkait fenomena GBT dari kaca mata ajaran Islam. Khotib itu berdiri sambil memegang tongkat juga dari kayu berwarna coklat.

Selepas khotib menyampaikan ceramahnya, acara ditutup dengan bersalam-salaman, sebagaimana biasa dilakukan oleh jamaah setiap kali usai shalat lima waktu di masjid ini.

Sejumlah siswa Al-Falah kemudian menodong Ustadz Ahmad Sofi untuk dimintai tanda-tangan. Dan ustadz berperawakan tinggi kurus yang juga mantan pelajar/jebolan Al-Falah itu pun melayaninya dengan sabar.

SiarMasjid pun menemui Ustadz Ahmad Sofi untuk meminta bahan ceramahnya tadi.

Dia pun memberikan 3 lembar kertas tulis itu. “Ini bahannya tapi tulisan tangan saya jelek, pasti susah dibacanya,” ujarnya.

Sementara di luar masjid, tepatnya di langit, gerhana bulan yang semula berwarna putih, kini sudah berubah kemerahan atau disebut bloodmoon.

MasyaAllah…, kagum…, itu semua terjadi atas kehendak-Nya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Suasana ketika khotib Ustad Ahmad Sofi menyampaikan ceramah Shalat Gerhana Bulan (Khusuf) di ruang shalat utama Masjid Jami Al-Falah, Kampung Baru, Kebon Jeruk, Jakbar, Rabu (31/1/2018)
alam.
2. Jamaah pria memenuhi ruang shalat utama, belakang dan ruang sayap kanan.
3. Gerhana bulan akhir muncul jelang Isya.
4. Suasana Shalat Khusuf di ruang utama Masjid Jami Al-Falah.
5. Ustadz Ahmad Sofi ditodong tandatangan oleh sejumlah siswa Al-Falah
6. Tiga lembar kertas berisi materi ceramah Ustadz Ahmad Sofi yang ditulis tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar