berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Rabu, 17 Agustus 2011

Gaya Musholla Al Husna Rayakan Nuzulul Qur’an

Masih terngiang merdunya tim Hadroh Al-Falah melagukan rangkaian salawat yang diikuti bocah-bocah secara koor hingga menerbitkan geli bercampur kagum.  Masih terekam suara qori-qoriah cilik melantunkan ayat-ayat suci hingga membuncah bangga. Mata berkaca-kaca, jiwa pun gerimis.  Meski keduanya sudah berakhir, atmosfir perayaan Nuzulul Qur’an dan Haflah Tilawatil Qur’an di Musholla Al Husna, Jalan Panjang, Kampung Baru, Jakarta Barat, Selasa malam (16/8/2011), membekas.

Ba’da Shalat Tarawih, satu persatu jamaah pria memenuhi lantai satu Musholla Al Husna.

Di lantai basement khusus jamaah perempuan pun serupa suasananya. Hingga akhirnya musholla berkapasitas 250 jamaah ini penuh, bahkan ada beberapa jamaah pria yang duduk-duduk di depan masjid karena tak kebagian tempat.

Seperti siarmasjid, tujuan mereka satu, merayakan malam Nuzulul Qur’an di musholla yang kini tampil cantik sekaligus megah setelah direnovasi total per Januari 2010 lalu. 

Kali ini siarmasjid datang ke musholla berarsitektur ketimurtengahan ini sekaligus untuk memenuhi undangan H Syarif Usman selaku Ketua Pengurus Musholla Al Husna yang disampaikannya lewat pesan singkat.

Dekorasi di lantai satu nampak berbeda. Ada panggung kecil di depan ruang khusus imam. Pangung pendek itu dilapisi karpet dan di depannya ada beberapa pot aneka tanaman hias plastik.

Di atas dinding  ruang iman ada backdrop berwarna hijau yang bertuliskan “Peringatan Malam Nuzulul  Qur’an dan Haflah Tilawatil Qur’an: Kita Jadikan Nuzulul Qur’an sebagai Momentum Menambah Kecintaan terhadap Al-Qur’an sehingga Melahirkan Generasi Qur’an”.

Hmmm…sebuah tema yang apik dan bermakna besar sekaligus berat.

Ketika Tim Hadroh yang dipimpin Ahmad Bayadho tampil, suasana berat itu seketika cair. Tim kesenian Islami yang digawangi 7 pemuda, terdiri atas 5 penabuh rebana dan 2 vokalis ini bukan hanya mampu mencairkan suasana, pun berhasil menghidupkan sekaligus menghangatkannya.

Lantunan shalawat yang didendangkan dengan iringan tepukan rabana bermacam ukuran ini, menghadirkan simfoni Islami yang indah dan menggugah. Yang menarik, sejumlah bocah laki-laki fasih mengikut lantunan yang mereka bawakan.

Kepolosan bocah dengan segala tingkah lakunya, tak urung menjadi pusat perhatian orang tua, termasuk siarmasjid.

Keputusan panitia acara memperbolehkan para bocah mengikuti acara ini dan duduk bersama dengan jamaah dewasa di lantai satu adalah keputusan yang tepat. Ini sangat sesuai dengan tema acara  ini yang ingin melahirkan generasi Qur’ani lewat acara ini.

Apa jadinya kalau acara yang malam itu dihadiri sejumlah ulama seperti Ustadz KH. Balya Isa, KH. Muhammad Ghozi,  H. Ahmad Fauzi, Ustad Haitami, dan lainnya, tak ada bocah-bocah tersebut? Hmmm.. pasti terasa janggal. Terasa ada yang kurang.

Kehadiran mereka dengan segala sifat kebocahannya, riuh dan apa adanya itu justru memberi warna tersendiri. Toh, kalau mereka diatur dan diberi tahu dengan baik, pasti akan tertib juga.

Sesuai judul acara Hafalah Tilatil Qur’an, acara ini pun diramaikan beberapa qori dewasa dan anak-anak. Ahmad Bayadho dan Ahmad Faisal mewakili qori dewasa yang tampil malam itu.

Sebelumnya tampil qori dan qoriah cilik antara lain Waffa Fauziah, Mawaddah Rahmi, dan Ilham yang mendapat sambutan hangat dan tentu saja rasa bangga dengan prestasi yang telah diraih masing-masing.

Qoriah Waffa Fauzia yang masih duduk di kelas 4 SDI Al Falah misalnya, sudah 3 kali juara MTQ tingkat SD se-DKI.

Kehadiran qori-qoriah cilik dalam acara ini yang ditonton oleh para bocah dan juga orang tua tentunya bermanfaat baik bagi buat qori-qoriah cilik yang tampil maupun buat para bocah dan orang tua.     

Buat para qori dan qoriah  cilik, ini menjadi wadah uji coba atau latihan untuk mengasah teknik, penampilan, dan suara agar lebih berkualitas sehingga menjadi qori-qoriah nasional bahkan internasional kelak dikemudian hari.

Sementara buat para bocah dapat memahami arti penting perayaan Nuzulul Qur’an, dengan harapan mereka mau belajar Al-Qur’an lebih tekun lagi,  lalu mengajak teman-teman sebayanya melakukan hal serupa.

Dan  buat orangtua,  memberi inspirasi positif  untuk mengarahkan putra-putrinya terus belajar mengaji hingga berprestasi seperti para qori dan qoriah cilik tersebut. 

Seperti yang ditegaskan KH Kahmasy Siddiq selaku guru tetap di Musholla Al Husna dalam ceramahnya malam itu.

Dia mengatakan acara perayaan Nuzulul Qur’an dan Haflah Tilawatil Qur’an  ini hendaknya menjadi monivator bagi jamaah Al Husna untul lebih bersemangat lagi mempelajari Al-Qur’an dengan baik dan benar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Mudah-mudahan dengan adanya acara ini tidak ada jamaah di musholla ini yang tidak mampu membaca Al-Qur’an,” jelasnya.

Kendati ada beberapa gangguan teknis sedikit seperti listrik turun dan sound system yang kurang perfect. Namun secara keseluruhan, acara malam itu berlangsung sukses dan membanggakan. Maklum seperti penjelasan H Syarif Usman, pembangunan musholla ini belum seutuhnya selesai.

“Baru 90 %, tinggal 10 % lagi. Karena itu masih perlu bantuan dana dari masyarakat untuk merampungkan pembangunannya,” terangnya.

Libatkan Anak Muda
Berdasarkan pengamatan siarmasjid,  keberhasilan acara ini,  tak lepas dari peran H. Syarif Usman yang memberi keleluasan panitia yang terdiri atas sejumlah anak muda untuk terlibat penuh dalam acara ini sesuai dengan skill-nya. Ada yang menjadi  penerima tamu, bagian dekorasi, dokumentasi dan lainnya.

Acara ini, kata H Syarif Usman  menjadi pijakan pertama atau sebagai percobaan. “Semoga ke depan kemasannya lebih semarak dan meriah lagi,” harapnya.

Memang sudah sepatutnya pengurus musholla maupun masjid memberi kesempatan kepada anak muda untuk terjun dalam kegiatan yang ada di musholla ataupun masjid.

Biasanya daya kreativitas anak muda lebih ‘berani’ dan kekinian. Mereka punya ide-ide segar untuk membuat acara keislamam seperti perayaan Nuzulul Qur’an dan lainnya yang semula terkesan kuno, cuma buat orangtua, itu-itu saja, dan terkesan berjarak dengan anak-anak maupun remaja, menjadi acara yang jauh lebih menarik dan tidak membosankan sehingga disukai anak-anak maupun remaja.

Dan ini sudah dibuktikan oleh beberapa remaja masjid ternama seperti Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA) dan Remaja Islam Masjid Cut Mutia (RICMA) sehingga takmir di kedua masjid yang di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu begitu hidup dan namanya kian tersohor.

Nah, kini giliran pengurus Musholla Al Husna yang membuktikan itu dengan berhasil membuat perayaan malam Nuzulul Qur’an dan Haflah Tilawatil Qur’an dengan cukup menarik dan mengesankan. Sekalipun masih ada kekurangan, karena seperti H. Syarif Usman bilang, ini masih dalam tahap percobaan.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..
    ane boleh minta link yang banyak qoshidah-qoshidah dari Jam'iyyah Hadroh Al Falah?
    kl boleh tolong di kirim ya.. makasih sebelomnye.

    BalasHapus