berita masjid masjid raya masjid unik masjid bersejarah surau ceramah profil

Minggu, 20 Maret 2016

Al-Hidayah, Masjid Tua Berwajah Muda

Sekilas melihat parasnya, Masjid Al-Hidayah yang berada di Dusun Cimuncang, Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini seperti umumnya masjid baru era sekarang. Kesan modern terasa lebih mencuat. Tak ada sedikitpun citra klasik yang membuktikan kalau masjid ini sebenarnya termasuk masjid kuno. Wajah dan penampilannya yang muda, menutupi usia sebenarnya masjid ini yang sudah melampaui uzur, hampir 2 abad.

Keseluruhan bangunan Masjid Al-Hidayah berupa tembok batu bata dengan kubah utama besar di atapnya. Material kayu dan kaca hanya untuk pintu dan jendela yang bagian atasnya berbentuk melengkung. 

Cat luar dan dalam bangunan masjid yang terletak di tepi jalan utama dusun mungil ini, didominasi warna putih dengan kombinasi hijau tua dan muda serta kubah masjid dengan warna hijau terang agar mudah terlihat dari kejauhan. 

Sementara pagar masjid yang terbuat dari rangkaian besi dicat hitam dan sentuhan warna emas dengan tiang penyangga berwarna hijau tua. Di atas masing-masing tiang pagar, terpasang lampu hias bulat berwarna putih.

Ketika mendapat informasi dari Zainal Arifin, warga lokal yang paham tentang sejarah Masjid Al-Hidayah, terus terang Siarmasjid agak terkejut. "Masjid Al-Hidayah ini didirikan tahun 1860," kata Zainal yang juga merangkap salah satu imam di masjid ini, ba’da Shalat Jumat, (18/3).

Dulu, lanjut Zainal seluruh bangunan masjid ini terbuat dari kayu, berupa rumah panggung dengan lantai dari bilah bambu atau Palupuh dalam Bahasa Sunda.

"Pada jaman penjajahan Belanda, masjid ini kerap menjadi tempat pertemuan warga, rapat-rapat rahasia seperti itulah," ujar Zainal lagi.

Lantaran termakan usia, belum lagi adanya pergantian pemimpin desa, camat, dan bupati serta faktor lainnya, masjid ini pun mengalami perubahan dengan beberapa kali renovasi.

Pada tahun 2000 masjid ini berubah total, tak ada lagi sisa bangunan aslinya. "Pembangunannya ketika itu atas biaya swadaya masyarakat," terang Zainal.

Baru pada tahun 2008, masjid ini kembali direnovasi pada saat Kabupaten Ciamis dipimpin Bupati Engkon Komara hingga tampilannya terlihat seperti sekarang ini. Prasasti peresmian pembangunannya dari porselin, terpasang di tembok bangunan bagian belakang masjid, tertanggal 31 Maret 2008.

Selain Zainal Arifin, ada 4 orang lagi di masjid ini yang bertugas sebagai imam, yakni Iskandar, Ihin, Cece Jaya Sumantri, dan Wawan Darwan.

Ihin menambahkan masjid yang berdiri di atas  tanah wakaf  mampu menampung 1000-an jama’ah, termasuk di halaman depan.

Selain sebagai tempat melakukan ibadah shalat lima waktu, Jum'atan dan lainnya, masjid ini juga kerap menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara Islami seperti Munggahan, Muludan, Tahun Baru Islam, Shalat Idul Fitri, Hari Raya Qurban, dan Shalat Idul Adha.

"Setiap Sholat Idul Fitri kami menebarkan kotak Tabarat atau tabungan akherat. Jumlah uang yang terkumpul dari jama'ah bisa sampai 40 juta Rupiah," kata Ihin yang juga pengajar Agama Islam di Desa Jayagiri ini.

Oman Rahmansyah, mantan Kepala Dusun Cimuncang sekaligus tokoh masyarakat setempat menambahkan saat Hari Raya Qurban, hewan yang terkumpul  dari warga di Masjid Al-Hidayah mencapai 10 ekor sapi  dan puluhan kambing. 

"Biasanya saat Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha banyak warga Dusun Cimuncang dan 4 dusun lain di Desa Jayagiri ini yang pulang kampung, jadi banyak yang Shalat I’ed di masjid ini," terang Oman.

Wawan Gunawan, putra daerah asli Dusun Cimuncang, Desa Jayagiri mengatakan belakangan ini Masjid Al-Hidayah juga dipakai untuk acara Manaqib yang digelar setiap bulan bekerjasama dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Sirnarasa pimpinan Abah Gaos yang melestarikan dan mensyiarkan ajaran Islam lewat metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.

Apa itu Manaqib?  KH Bisri Mustofa dari Ponpes Nurul Huda  dalam tulisannya menjelaskan Manaqib itu bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya menceritakan kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang.

Oleh sebab itu kata-kata Manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik mulia seperti Manaqib Umar bin Khottob, Manaqib Ali bin Abi Tholib, Manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani, Manaqib Sunan Bonang, dan lain sebagainya. 

“Tidak boleh dan tidak benar kalau ada orang berkata Manaqib Abu Jahal, Manaqib DN. Aidit, dan lain sebagainya,” terangnya dalam tulisan tersebut.

Menurut Wawan sudah 9 kali acara Manaqib diadakan di Masjid Al-Hidayah sejak Juni 2015. 

“Meskipun terdengar kabar miring tentang adanya penolakan dari segelintir warga. Namun kegiatan Islami ini tetap berjalan," kata Wawan yang tak lain dalang Wayang Ajen ini.

Bahkan 2 kegiatan Manaqib di masjid ini, lanjut Wawan didukung Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (DBP3N), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dengan label kegiatan Festival Wisata Budaya Religi Manaqib.

"Besok, festival wisata budaya religi tersebut dilaksanakan di Masjid  Al-Hidayah pada Sabtu (19/3). Festival ini sekaligus  bertujuan memperkenalkan branding promosi pariwisata nusantara Pesona Indonesia," jelas Wawan lagi.

Salah satu faktor lain mengapa Manaqib ini digelar di Masjid Al-Hidayah, kabarnya salah satu orangtua Abah Gaos berasal dari Desa Jayagiri ini.

Kebetulan lagi juga jarak tempuh Ponpes Sirnarasa yang berada di Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, masih Kabupaten Ciamis ke Masjid Al-Hidayah sekitar 1 jam.

Iskandar, imam lainnya menjelaskan Masjid Al-Hidayah merupakan satu-satunya masjid di Desa Jayagiri. Sementara jumlah mushola ada 5 di masing-masing dusun.

"Mumpung ada orang dari Pemerintahan Pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata, kami berharap halaman masjid diberi atap canopy agar jama’ah yang Shalat Jum’at terlebih Sholat Idul Fitri dan Idul Adha tidak kebasahan jika hujan turun," harap Iskandar.

Mendengar permintaan itu, Wawan yang juga berprofesi PNS di Kemenpar dengan jabatan Kasubit Promosi Wisata Sejarah dan Religi, Asdep Pengembangan Seqmen Pasar Personal, Deputi DBP3N ini mengatakan Kemenpar hanya fokus memberikan dukungan promosi seperti peliputan media, penyediaan spanduk, baliho, dan lainnya dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan wisata.

"Untuk pendanaan pembangunan masjid dan lainnya, tepatnya diajukan ke pimpinan pemerintah daerah setempat, dalam hal ini ke Bupati Ciamis," imbau Wawan.

Usai mendengar asal muasal Masjid Al-Hidayah, kegiatan, dan juga harapan para pengelolannya, Siarmasjid melanjutkan melihat-lihat lebih detil raut wajah masjid ini.

Di halaman depan masjid, tepatnya di bagian kiri ada salah satu tempat mengambil air wudhu yang beratap kubah juga berwarna hijau.  

Di bagian kirinya ada bedug tua yang menjadi satu-satunya bukti masjid ini adalah masjid tua. Bedug dari kulit sapi itu diletakkan di atas wadah kayu di dalam bangunan yang bentuknya serupa dengan tempat ber-wudhu, agar tidak kehujanan dan kepanasan.

Di ruang dalam masjid ada empat pilar dari batu bata berlapis porselin berwarna coklat muda  yang menyangga atap bangunan sekaligus kubah utamanya. Sederet kaligrafi tertulis di dinding dalam bagian atas berwarna kuning dengan dasar lagi-lagi warna hijau.

Dinding depan bagian dalam masjid ini juga dilapisi porselin coklat muda. Di tengahnya terdapat ruang khusus imam yang menjorok ke dalam. 

Di samping sajadah khusus imam, berdiri mimbar untuk khotib berceramah saat Shalat Jumat, Idul Fitri, dan Shalat Idul Adha. Mimbar tersebut berdesain replika masjid berikut kubahnya dari kayu yang keseluruhan bercat warna putih.

Sementara di samping kanan ruang imam, terdapat jam besar dari kayu berwarna coklat tua.  Atap kubah bagian dalam juga berwarna hijau dengan tulisan kaligrafi di tepiannya. Lampu hias klasik tergantung dari atap kubah bagian dalam, menambah manis rona wajah bagian dalam masjid ini.

Secara arsitektur, Masjid Al-Hidayah memang biasa-biasa saja. Tak ada sesuatu yang menonjol atau unik. Namun melihat umurnya, tentu masjid ini punya kelebihan tersendiri. Itulah yang membuat Siarmasjid tertarik mengupasnya.

Nah, Kalau Anda berkunjung ke Desa Jayagiri, Kabupaten Ciamis untuk bertandang ke rumah saudara atau kenalan, berwisata ziarah, mendaki Gunung Sawal ataupun belanja aneka ikan tawar, jangan lupa luangkan waktu untuk menunaikan shalat wajib dan sunah di Masjid Al-Hidayah, agar kunjungan Anda lebih bermakna.

Salam Satu Jari, Salam Tauhid, Salam Siarmasjid, LAILAHAILLALLAH…

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar