Kalau
Anda berwisata ke Makassar, Sulawesi Selatan, tepatnya di kawasan Pantai
Losari, pasti akan menemukan masjid yang dibangun di atas permukaan laut dengan ditopang
sejumlah tiang pondasi yang tertancap kuat di dasar Timur Laut Losari. Sejak dibuka
tahun 2012 silam, masjid berwarna putih, abu-abu, dan aksen hitam dengan dua menara menjulang
setinggi 16 meter ini menjadi dambaan wisatawan.
Saat air pasang, tiang-tiang masjid ini tak nampak
sehingga masjid berarsitektur modern ini seperti mengapung di permukaan laut,
oleh karena itu disebut Masjid Terapung.
Masjid
yang lokasinya berhadapan dengan rumah jabatan Walikota
Makassar di
Jalan Penghibur ini diklaim menjadi Masjid Terapung pertama di Indonesia.
Kalau Anda perhatikan lagi, jamaah yang datang ke masjid bernama Amirul Mukminin ini sebagian besar wisatawan yang tengah berwisata di Makassar yang berjuluk Kota Anging Mamiri ini. Wisatawan dan warga biasanya mulai berdatangan ke lokasi jelang sore hari.
Kalau Anda perhatikan lagi, jamaah yang datang ke masjid bernama Amirul Mukminin ini sebagian besar wisatawan yang tengah berwisata di Makassar yang berjuluk Kota Anging Mamiri ini. Wisatawan dan warga biasanya mulai berdatangan ke lokasi jelang sore hari.
Jika
dulu di kawasan pantai paling tersohor di Kota Makassar bahkan Sulsel ini,
wisatawan hanya duduk-duduk menunggu matahari ternggelam kemudian nongkrong di
deretan kursi plastik depan gerobak pedagang Pisang Epe.
Kini sejak kehadiran Masjid
Terapung ini wisatawan pun jadi mudah menunaikan kewajibannya Shalat Maghrib
secara berjamaah saat berwisata di Bumi Pisang Epe ini.
Pantauan
Siarmasjid, sejak sore mulai pukul 3, wisatawan sudah mulai banyak
yang membanjiri masjid ini. Mereka umumnya wisatawan dari luar Makassar yang
terpesona dengan keindahan sekaligus keunikan masjid ini.
Biasanya
mereka melakukan Shalat Ashar di sini, kemudian melanjutkan jalan-jalan,
foto-foto, dan berwisata kuliner di sepanjang Pantai Losari. Jelang Maghrib, mereka kembali lagi untuk
mengabadikan pesona sunset yang menawan. Baru kemudian Shalat
Maghrib berjamaah.
Itu
pula yang penulis lakukan disela-sela meliput even Lomba Kuliner Berbahan Ikan
& Pangan Lokal 2016 yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar) selama 2
hari (14-15/5) di Anjungan Pantai Losaari, Makassar.
Sebelum
azan Ashar berkumandang, sejumlah jamaah mulai memasuki masjid lewat jembatan
yang tiang-tiang pondasinya menancap di dasar laut. Di ujung masing-masing jembatan ada tempat
penitipan sepatu dan sandal. Pengunjung dilarang mengenakan alas kaki di halaman
masjid.
Halaman
depan masjid ini juga kerap digunakan jamaah untuk shalat jika di bagian dalam
penuh. Di halaman ini ditempatkan beberapa kota amal untuk jamaah yang ingin
berinfaq.
Dari
segi ukuran, masjid berlantai tiga berdiameter 45 meter dengan 2 kubah berwarna biru masing-masing berdiameter 9 meter ini, tidaklah terlalu besar. Namun ternyata mampu menampung sekitar 500 jamaah.
Mungkin karena berada di
tepian laut, meskipun siang hari terik, kondisi udara di ruang dalam masjid ini
pun tetap sejuk kendati pengelolanya tak menyalakan AC.
Tempat
wudhu utama di masjid ini ada dua, di sebelah kiri dari pintu masuk masjid untuk
laki-laki merangkap toilet. Di sebelah kanannya khusus untuk wanita. Beberapa
kran air untuk berwudhu juga di sediakan dekat halaman masjid di sebelah kiri
dan kanan, dekat dengan penitipan sepatu/sandal.
Sedangkan di lantai
dua khusus jamaah perempuan dengan menaiki tangga melingkar. Tapi ada juga
jamaah perempuan terutama yang sudah uzur memilih shalat di bagian belakang
ruang dasar khusus pria.
Di dalam masjid ada seorang anak berusia belasan
tahun melantunkan Ayat-Ayat Suci. Suaranya merdu menambah keteduhan bukan cuma
ruang masjid, pun ruang ruang kalbu ini. Bocah yang mengenakan peci berwana putih dan baju
gamis abu-abu itu pun kemudian mengumandangkan azan dengan suara lantang dan indah.
Imamnya pun tak kalah menawan hati. Suara dan
intonasinya saat melafazkan bacaan shalat mirip imam di Masjid Masjidil Haram.
Usai shalat Ashar berjamaah, banyak pengunjung yang naik ke lantai tiga melalui tangga yang melingkar di sisi kanan dan kiri untuk menikmati pemandangan. Panorama kawasan Pantai Losari dari lantai 3 masjid ini sungguh menawan, apalagi jelang matahari kembali ke peraduan.
Usai shalat Ashar berjamaah, banyak pengunjung yang naik ke lantai tiga melalui tangga yang melingkar di sisi kanan dan kiri untuk menikmati pemandangan. Panorama kawasan Pantai Losari dari lantai 3 masjid ini sungguh menawan, apalagi jelang matahari kembali ke peraduan.
Keunikan
lain masjid ini, jika dilihat dari atas dua buah kubah dan tangga melinggar menuju lantai tiga, membentuk angka 99, melambangkan asmaul khusna.
Tak
bisa dipungkiri masjid yang diresmikan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf
Kalla pada 21 Desember 2012 silam ini menjadi dambaan wisatawan.
Kehadirannya
bukan semata menambah pesona keindahan Pantai Losari pun membantu memudahkan
wisatawan yang ingin tetap menunaikan Shalat Wajib Lima Waktu saat berwisata.
Kehadiran Masjid Terapung Amirul Mukminin ini menambah deretan masjid favorit
di Kota Makasar. Sebelumnya ada Masjid Raya dan Masjid Al Markaz Al Islami yang
keduanya berlokasi di Jalan Masjid Raya, di tengah Kota Makassar.
Amran (43 tahun), salah sorang wisatawan luar Makassar yang penulis temui usai Shalat Asyar berjamaah di Masjid Terapung ini, mengaku masjid yang dibangun di era Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin ini menjadi salah satu tujuan favorit jalan-jalannya bersama keluarga, setelah masjid Al Markaz Al Islami.
Amran (43 tahun), salah sorang wisatawan luar Makassar yang penulis temui usai Shalat Asyar berjamaah di Masjid Terapung ini, mengaku masjid yang dibangun di era Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin ini menjadi salah satu tujuan favorit jalan-jalannya bersama keluarga, setelah masjid Al Markaz Al Islami.
"Sejak ada masjid ini, atmosfir Islami di
Pantai Losari lebih terasa. Kami jadi tak bingung kalau mau shalat saat piknik
di sini,” aku Amran yang datang bersama istri dan tiga orang anaknya yang masih
kecil-kecil.
Boleh dibilang Masjid Terapung Amirul
Mukminin menambah magnet kawasan Pantai Losari semakin kuat. Landmark Islami ini
mampu menjaring wisatawan datang dan betah berlama-lama di Pantai Losari.
Belakangan ini sejumlah kota lain ikut tertarik
membangun masjid terapung agar dapat menarik kunjungan wisatawan seperti yang berhasil dilakukan Makassar.
Contohnya Bandung, meskipun tak punya laut, dalam waktu dekat Ibukota Jawa Barat yang dikelilingi pegunungan ini akan memiliki masjid terapung di atas danau di daerah Gedebage yang diberi nama Masjid Al-Jabbar.
Melihat kesukseskan Masjid Terapung Amirul Mukminin menjaring wisatawan ke Makassar, tak berlebihan rasanya kalau konsep pantai bermasjid unik, menarik, dan nyaman ini patut ditiru daerah wisata lain biar lebih berkah. Soalnya saat berwisata, wisatawannya jadi tak kesulitan mencari tempat beribadah.
Contohnya Bandung, meskipun tak punya laut, dalam waktu dekat Ibukota Jawa Barat yang dikelilingi pegunungan ini akan memiliki masjid terapung di atas danau di daerah Gedebage yang diberi nama Masjid Al-Jabbar.
Melihat kesukseskan Masjid Terapung Amirul Mukminin menjaring wisatawan ke Makassar, tak berlebihan rasanya kalau konsep pantai bermasjid unik, menarik, dan nyaman ini patut ditiru daerah wisata lain biar lebih berkah. Soalnya saat berwisata, wisatawannya jadi tak kesulitan mencari tempat beribadah.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar