Sekretaris Dewan Masjid
Indonesia Kota Bandung, H. Efendi Rahmat, M. Ag menjelaskan jumlah masjid di
Kota Bandung, Jawa Barat tercatat sebanyak 2.793.
“Itu yang terhitung, dan
masih banyak yang belum terdata. Jumlah itu terdiri atas 2.086 masjid jami, 1
masjid agung yakni Masjid Agung Al-Ukhuwah, 1 masjid raya (Masjid Raya Jawa
Barat), 30 masjid besar (masjid kecamatan), dan 2 masjid bersejarah yakni Masjid
Besar Cipaganti dan Masjid Mungsolkanas),” terangnya.
Berdasarkan info
tersebut, jelang Ramadhan, SiarMasjid meluangkan waktu menikmati salah satu
dari dua masjid bersejarah yang ada di Kota Kembang itu, yakni Masjid Cipaganti yang berada di Jalan Cipaganti
Nomor 85, sekarang bernama
Jalan RAA Wiranatakusumah.
Usai meng-explore
Cihampelas Sky disela-sela meliput kegiatan Internasional Tourism &
Hospitality Grand Recruitment (ITHGR) 2017 yang digelar Sekolah Tinggi Pariwisata
(STP) NHI Bandung, SiarMasjid langsung bergegas menuju Masjid Cipaganti melewati
jalan raya dimana terdapat kantor dan pangkalan mobil travel Cipaganti.
Di sisi kiri jalan tersebut
banyak terdapat pedagang makanan seperti bakso, batagor, siomay, warung nasi,
aneka jus dan lainnya, sementara di seberangnya menjadi lokasi parkir sepeda
motor.
Tak sampai 200 meter, tibalah
di Masjid Cipaganti.
Dari kejauhan masjid ini
tak seperti masjid pada umumya. Lantaran tidak memiliki kubah.
Masjid yang di bangun diatas tanah seluas 2.025 meter ini semula luas
bangunannya 19 x 15 meter, kemudian diperluas ke bagian sayap kanan dan kiri
masjid masing-masing berukuran 17 x 15 meter pada tahun 1965 hingga akhirnya
ini mampu menampung 1.500
orang. Satu saf bisa diisi 100 orang.
Masjid ini dinyatakan bersejarah, karena dulunya berjasa dalam pergerakan
kemerdekaan bahkan presiden pertama RI, Soekarno kerap berkunjung.
Kini Masjid Cipaganti bukan sebatas tempat beribadah, pun menjadi tempat pengajian dan pendidikan
agama buat anak-anak dan remaja, antar
lain sekolah taman kanak-kanak Al Qur’an(TKA) di sebelah kanan.
Selain bangunan utamanya juga ada tambahan bangunan baru, di sebelah kiri seperti
kantor DKM, kantin, dan biro perjalanan ibadah haji/umroh.
Warga Belanda bernama Prof. Kemal CP Wolf Schoemaker yang menjadi mualaf tahun 1930 yang membangun Masjid Cipaganti pada tahun 1933 sebagai wujud
cintanya terhadap Islam.
Wolf adalah seorang arsitek Belanda yang menjadi Profesor di ITB Bandung.
Karya arsitekturnya di Bandung cukup banyak, antara lain Gereja Katerdal,
Hotel Preanger, Villa Isola (kampus UPI), laboratorium Boscha, dan Penjara Banceuy.
Masjid Cipaganti ini menjadi masjid pertama di Bandung Utara yang pada masa itu menjadi kawasan permukiman elite
bangsa Eropa (een Western Enclave) dan segelintir bangsawan pribumi.
Arsitektur Eropa dan Jawa begitu menonjol di masjid yang menjadi cikal bakal
penyebaran dan pusat studi Islam di Bandung Utara itu.
Arsitektur Jawa-nya terlihat di atap sirap berbentuk tajuk tumpang dua dan
empat saka guru di dalam masjid berornamen bunga bersulur serta ukiran
kaligrafi berlafaz hamdalah.
Unsur Eropa-nya dari lokasi masjid yang terletak antara Jalan Cipaganti
dan Jalan Sastra. Posisi ini sering disebut "tusuk sate".
Konstruksi atap bangunannya memakai teknik bangunan kolonial yang nampak
jelas dari penggunaan kuda-kuda segitiga pada interior atap tajug-nya.
Atapnya menggunakan sirap, tiang-tiangnya terbuat dari kayu jati yang kokoh
dan terpahat ukiran floral dan kaligrafi.
Penggunaan relung-relung jenis tapak kuda (horseshoe arches) nampak pada
pintu utama masuk dan menuju mihrab tempat seorang imam memimpin shalat.
Elemen yang paling menarik di ruangan utama dalam masjid ini adalah lampu
kuningan antik. Lampu dengan penggantung berasal dari logam tersebut merupakan
peninggalan asli sejak zaman kolonial.
Nama Wolf Shoemaker sebagai arsitek masjid ini dapat dilihat di area depan
masjid, sedangkan di bagian atasnya tertulis peletak batu pertama yaitu Asta
Kandjeng Bupati Bandung, Raden Tumenggung Hasan Soemadipradja didampingi Patih
Bandung, Raden Rc. Wirijadinata pada tanggal 11 Syawal 1351 Hijriyah atau
tanggal 7 Februari 1933.
Meskipun Masjid Cipaganti tidak berkubah namun gaung suara adzan bisa
terdengar hingga Jalan Cihampelas.
Ini berkat kepiawaian Wolf dengan mendesain suatu ruangan menara
tersembunyi yang terletak di langit-langitnya. Untuk mencapai ruangan menara
itu harus melewati tangga terlebih dulu.
Menurut salah seorang pengurus Masjid Cipaganti, khusus di bulan Ramadhan, masjid ini pun ramai jama’ah-nya, untuk shalat
lima waktu, buka bersama, dan juga Shalat Taraweh.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar