Ketika saya hendak bertugas ke Takengon April 2012 lalu, saya sempat
mampir ke Masjid Agung Al-Falah Sigli untuk menunaikan Shalat Zuhur selepas
makan siang.
Kebetulan letak masjid
ini amat strategis, di tengah Kota Sigli tepatnya di Jalan Prof. A. Majid
Ibrahim yang menjadi lintasan jalan utama antarkota di Aceh. Di seberangnya ada
bangunan Bank Aceh yang warnanya paling mencolok, bercat serba hijau.
Bangunan utama masjid
ini amat besar dan nampak gagah dengan keseluruhan dindingnya bercat putih
termasuk kubah besar dan kecilnya. Sementara menara utamanya yang menjulang
tinggi, masih dalam renovasi akibat dari bencana besar itu. Menara tersebut
sudah berdiri kokoh namun belum bercat.
Tempat wudhu-nya berada
di bagian belakang, dekat dengan menara yang berukuran lebih pendek. Ruangan dalam masjid ini terkesan lapang,
dengan dinding-dinding yang terbuka. Ada lampu gantung berwarna kuning yang
menggantung di langit-langit. Di kiri
dan kanan bagian dalamnya ada ruangan lantai 2 untuk menampung jama’ah bila
ruangan utama di lantai satu penuh.
Pasca tsunami, masjid
ini salah satu tempat siraman rohani untuk memulihkan mental para korban
tsunami. SDalah satunya yang dilakkukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
bersama Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh.
Akibat bencana gempa
dan tsunami 7 tahun lalu itu, Kabupaten Pidie merugi ratusan miiliar. Selain
kerusakan rumah penduduk, kantor pemerintah,
juga sejumlah mushola, dan masjid termasuk masjid ini.
Korbannya mencapai sekitar 120ribu. Untuk mengenang musibah dasyat itu,
dibangun Monumen Tsunami, yang berada di pesisir
Pantai Kota Sigli.
Pada Pilkada Aceh, Maret
2012, di halaman masjid ini dijadikan tempat ikrar pilkada damai bertajuk jagalah perdamaian yang dgelar Komisi
Independen Pemilihan Pidie.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar