Pekan pertama Ramadhan 2011 baru saja usai. Kini umat muslim seantero dunia menjalani puasa Ramadhan pekan kedua. Selama pekan pertama kemarin, siarmasjid melakukan taraweh keliling (tarling) ke 5 masjid yang ada di Jakarta. Masing-masing masjid memiliki pesona tersendiri hingga menerbitkan cinta. Masjid apa saja & apa pesonanya?
Masjid pertama yang dikunjungi siarmasjid adalah Masjid Jami Al-Falah yang berada di Kampung Baru, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Masjid ini berlokasi di pemukiman penduduk dan dekat dengan SDI Madrasah Al-Falah.
Secara arsitektur, masjid ini biasa-biasa saja. Hampir sama dengan masjid yang lainnya. Yang menonjol kubahnya besar berwarna putih. Tetapi setelah memasuki bagian dalamnya, ada yang cukup menarik terutama hiasan pada kubah bagian dalam dan tentu saja kicauan burung gereja yang menghuni bagian atap dalam masjid ini. Lantainya bagian dalamnya dilapisi karpet baru berwarna hijau kebiru-biruan.
Menurut ketua pengurus Masjid Al-Falah KH Kahmasy Shiddiq selama Ramadhan tahun ini ada banyak kegiatan atau takmir yang diadakan pengurus masjid antara lain buka puasa berasa, tadarus Al-Quran sebelum azan Magrib dan setelah Shalat Taraweh, tafsir dan pelajaran tajwid setiap Rabu dan Sabtu ba’da Zuhur, kajian puasa dalam Bahasa Inggris pada Ahad pukul 10.00 WIB dan Rabu ba’da Ashar, pengajian Al-Quran jelang Subuh, kajian kitab fiqih setiap Selasa dan Sabtu ba’da Subuh, dan membentuk amal zakat yang disalurkan kepada yang berhak menerimanya.
“Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan takmir Ramadhan tahun ini hampir mencapai duapuluh satu juta rupiah,” KH Kahmasy Shiddiq.
Masjid Jami Al-Falah memiliki beberapa imam antara lain Ustad KH Kahmasy Shiddiq, Ustad Balya Isa, Ustad Ahmad Fauzi, dan Ustad A.Bayadho. Mereka bertugas secara bergantian memimpin jamaah shalat lima waktu dan Shalat Taraweh sebanyak 23 rakaat yakni 20 rakaat shalat taraweh yang dilakukan 2 rakaat salam, dan 3 rakaat shalat witir. Pada hari-hari tertentu sebelum shalat witir diselingi dengan ceramah Ramadhan sekitar 10 menit oleh imam atau ustad lainnya.
Masing-masing imam tersebut memiliki karakter tersendiri saat memimpin jamaah shalat, terutama dalam hal tempo membaca bacaan shalatnya. Imam Balya Isa misalnya terkenal dengan temponya yang lamban dan pelan, imam Ahmad Fauzi justru sebaliknya cepat dan singkat. Sedangkan imam KH Kahmasy Shiddiq berada di antara keduanya, tidak cepat tidak pula lamban tapi volume suaranya besar.
Sementara imam Bayadho tempo membacanya terbilang sedang namun kelebihannya terletak pada kualitas suaranya yang megah. Maklumlah imam berbadan agak besar ini usianya paling muda dibanding ketiga iman lainnya, dan pernah mengikuti MTQ tingkat nasional.
Saat memimpin shalat taraweh, imam Bayadho yang merupakan imam lapis kedua di masjid ini juga punya cara tersendiri, yakni membacakan shalawat nabi selepas 4 rakaat yang diikuti para jamaah secara koor. Suaranya yang megah, merdu, dan enak didengar membuat jamaah terpesona. Alhasil bikin Shalat Taraweh jadi lebih nikmat, tidak membosankan, dan tidak bikin kantuk.
Kendaraan umum yang melintasi masjid ini antara lain Mikrolet 09A jurusan Pasar Tanah Abang-Pasar Kebayoran Lama, turun di pertigaan Al-Falah, Kampung Baru.
Masjid BI
Masjid kedua yang siarmajid sambangi adalah Masjid Bank Indonesia (BI) yang berada di komplek gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat. Masjid BI boleh dibilang masjid termegah di antara masjid yang berada di lingkungan gedung pemerintahan.
Mungkin karena berada di kawasan pengelola bank, keamanan masjid ini agak terbilang ketat. Petugas kemanannya sedikit galak. Setiap pengunjung yang ingin mengbadikan masjid ini harus terlebih dahulu meminta izin, apalagi kalau pengunjungnya menggunakan kamera SLR berukuran agak besar, langsung ditegur.
Namun masjid ini punya pesona tersendiri. Arsitkturnya megah, bersih, dan nampak berkelas. Termasuk di ruang wudhu-nya. Bagian dalam masjid ini terbuat dari marmer. Kendati miskin kaligrafi dan boleh di bilang tidak ada sama sekali. Tidak seperti masjid lain yang biasanya dipenuhi kaligrafi bertuliskan Almaul Husna ataupun kalimat syahadat dan lainnya, namun kesan megah justru begitu terasa.
Shalat Taraweh di masjid ini sebanyak 11 rakaat yakni 8 rakaat Shalat Taraweh yang dilakukan 2 rakaat salam ditambah 3 rakaat Shalat Witir. Sebelum taraweh ada ceramah Ramadhan selama sekitar 15 menit.
Pengurus masjid BI selama Ramadhan memberikan pelayanan yang cukup menarik antara lain waqaf Al-qur’an. Jama’ah bisa mewaqafkan uangnya ke masjid ini berapapun kemudian dana yang terkumpul akan disalurkan untuk membeli perlengkapan ibadah yang disalurkan ke masjid-masjid lain, seperti untuk pembelian karpet, Al-Qur’an dan lainnya.
Meskipun berada di kawasan gedung yang dijaga ketat keamanannya, masjid ini tetap terbuka untuk umum. Berdasarkan pantauan siarmasjid, justru jumlah warga setempat yang Shalat Taraweh di masjid ini lebih banyak dibanding karyawan BI.
Tak sulit menjangkau masjid ini. Kalau dari arah Blok M ataua dari Kota tinggal naik bus Transjakarta busway turun di halte Bank Indonesia, lalu jalan kaki ke arah gedung Indosat. Masjidnya berada di seberang gedung Indosat. Kalau dari Tanah Abang naik mikrolet 08 jurusan Stasiun Tanah Abang-Kota turun di lampu merah arah Indosat.
Istiqlal
Berikutnya Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Kebetulan saat siarmasjid Shalat taraweh di masjid ini pada malam keenam Ramadhan, ceramahnya diisi oleh ketua pengurus Mmasjid Istiqlal sendiri yakni H. Mubarok yang menyampaikan mengenai pengelolaan masjid secara modern.
Menurut H Mubarok selama Ramadhan tahun ini ada 17 program kegiatan yang digelar pengurus masjid, yakni shalat rawatib 5 waktu, i’tikaf 24 jam, mauzia hasanah-zikir 7 doa jalan buka bersama, Tilawatil Qur’an oleh qori/qoriah nasional/internasional jelang taraweh dan jum’atan, taraweh 2 gelombang, siraman rohani jelang taraweh, tadarus qur’an ba’da taraweh, renungan fajar ba’da subuh, dialog zuhur interaktif bedah kitab aqidah, syariah dan aklak, zakat-infak-shadaqah dan Zakat Fitra, peringatan Nuzulul Quran, Qiyamullail 10 hari terakhir, pesantren kilat remaja putra dan putri, santunan 1.000 anak yatim, takbir akbar nasional, dan Shalat Idul Fitri bersama Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Sebagai masjid terbesar dan bersejarah di Jakarta ini, pesona Istiqlal tetap memikat jamaah dari berbagai penjuru wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setiap malam ramai orang bertaraweh di masjid ini.
Yang menarik, masjid ini menggelar taraweh 2 gelombang. Gelombang pertama Shalat Taraweh 8 rakaat. Shalat Witir 3 rakaat dilakukan sendiri. Kemudian dilanjutkan gelombang kedua bagi yang ingin melaksanakan taraweh 23 rakaat.
Sebelum taraweh ada pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh qori atau qoriah nasional ataupun internasional.
Kehadiran petugas shaf dengan mengenakan selendang juga cukup menarik perhatian. Mereka bertugas mengatur shaf jamaah agar rapi dan mengisi bagian kosong terlebih dahulu yang ada di bagian depan. Pengunjung yang membawa tas besar, diharuskan menitipkan di bagian penitipan.
Ruang interior Istiqlal yang besar dan lapang ditambang ventilasi udara yang banyak membuat suasana bagian dalamnya begitu sejuk. Apalagi karpetnya jenis karpet berkualitas dan terbaik dibanding masjid lain yang ada di Jakarta. Karpetnya tebal dan empuk dengan warnah merah ranum. Kondisi seperti itu membuat jamaah tak kuasa untuk duduk, tidur-tiduran, dan atau mengabadian kemegahan masjid berpilar-pilar besar dengan kamera beragam jenis.
Amat mudah menjangkau Masjid Istiqlal. Bisa naik bus Transjakarta turun di Halte Juanda masuk lewat pintu gerbang Ass-Salam atau turun di Halte Istiqlal masuk lwat pintu gerbang Ar-Razaq. Bus lainnya lewat pintu Ar-Razaq adalah Kopaja 20 jurusan Lebak Bulus-Senen dan Metromini 17.
MASK
Masjid berikutnya yang siarmasjid datangi untuk Shalat Taraweh adalah Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK). Lokasinya di Jalan Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.
Masjidnya sendiri tidak begitu besar dan megah. Pesona masjid ini justru terletak pada pengelolaannya yang modern. Aktivitasnya penuh dan beragam. Belum lagi Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA) yang turut membuat harum masjid ini dengan rangkaian kegiatannya.
Lokasinya yang strategis di kawasan elit Menteng, ditambah kegiatannya yang sudah tersohor membuat citra masjid ini terkesan mentereng.
Setiap malam Ramadhan, jelang buka puasa jamaah dari berbagai tempat di Jakarta berdatangan untuk berbuka puasa bersama. Ada yang mendapatkan jatah berbuka dari masjid, banyak pula yang membeli di pedagang kaki lima di depan kawasan masjid ini.
Jelang berbuka, pengurus masjid mengajak jamaah tadarusan dan atau membaca shalawat nabi bersama. Mendekati Magrib, staf pengurus lainnya membagikan kurma dan air mineral kepada jamaah untuk berbuka. Kurma ditempatkan di wadah nampan lalu dibagikan ke jamaah satu per satu.
Selepas buka bersama dengan takjil kemudian shalat magrib berjamaah. Shalat di masjid ini terasa nyaman, karena di bagian dalam masjid dilengkapi alat pendingin udara atau AC. Selain itu ada 2 layar besar yang menayangkan gambar imam, doa sebelum dan setelah taraweh dengan terjemahan, dan lainnya. Semua itu membuat kesan modern, kendati gedungnya tak megah.
Shalat taraweh di masjid ini 23 rakaat. Jamaah yang hanya ingn sampai 8 rakaat dipersilahkan melakukan Shalat Witir sendiri. Bilangan rakaatnya 2 rakaat diakhiri salam. Imamnya senantiasa memberikan penjelasan jumlah salam berikutnya.
Tak sulit menjangkau masjid ini. Ada beberapa kendaraan umum yang lewat depan Jalan Sunda Kelapa antara lain bus PPD 213 jurusan Grogol-Kampung Melayu dan bus AC 67 jurusan Blok M-Senen. Turun di Halte Taman Surapati lalu menyeberang ke Jalan Sunda Kelapa.
Jami An-Nur
Dan terakhir Masjid Jami An-Nur di Petamburan, Jakarta Pusat. Letaknya sangat strategis, di tepi Jalan KS Tubun Raya No.29 yang padat lalu lintasnya. Masjid ini berada dekat pertokoan, hotel, dan pemukiman penduduk sekitar 200 meter dari kawasan Pasar Tanah Abang.
Yang menarik, jamaah masjid ini bukan cuma warga sekitar dan juga jamaah yang singgah dari berbagai tempat usai beraktivitas, pun warga Afrika. Kebanyakan mereka menjadi pedagang tekstil dan pakaian jadi di sekitar Kota Bambu, Tanah Abang tak jauh dari masjid ini.
Saat siarmasjid taraweh di masjid ini, ada beberpa jamaah asal Afrika yang taraweh. Kendati jumlahnya tak sebanyak bila dibanding saat shalat wajib dan jumatan, tetap saja memberi warna berbeda dibanding masjid lain di Jakarta dan cukup menarik perhatian bagi jamaah yang baru pertama kali shalat di masjid ini. Namun bagi warga setempat, itu bukan lagi sesuatu yang aneh.
Jamaah dari negara-negara benua hitam itu agak berbeda. Dari postur tubuhnya saja lebih tinggi dibanding orang Indonesia. Dan yang sangat mencolok jelas dari warna kulitnya yang hitam legam keungu-unguan dan rambut keriting halus.
Mudah sekali menyambangi masjid ini. Ada beberapa kendaraan umum yang lewat di depannya, antara lain miskrolet 09 dan 09A jurusan Kebayoran Lama-Tanah Abang, Kopaja 16 jurusan Ciledug-Tanah Abang, dan mikrolet 11 jurusan Kebon Jeruk-Tanah Abang.
Pekan kedua Ramadhan tahun ini, siarmasjid berencana tarling tahap kedua. Ada beberapa masjid yang akan disambangi antara lain Masjid Jami Al-Ma’mur, Tanah Abang, Masjid Jami Kebon Jeruk di kawasan Gajah Mada, Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, dan Masjid Kota Bandar Baru Kemayoran. Seperti apa pesona masjid-masjid tersebut? Tunggu ceritanya di siarmasjid berikutnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar