Melihat besar dan indah bangunannya, banyak orang mengira bangunan ini masjid. Saya pun semula mengira demikian. Terlebih belum ada plang namanya. Yang benar, bangunan berwarna kecoklatan ini adalah mushalla. Al Husna begitu nama mushalla cantik ini, hasil renovasi total senilai 2 milyar rupiah.
Sebelum menjadi mushalla secantik ini, Al Husna hanyalah langgar kecil amat sederhana. Kapasitasnya hanya sekitar 80 jamaah. Bahkan bangunan lamanya itu hanya laku dijual Rp 2 juta.
Namun pascarenovasi total sejak Januari 2010, mushalla yang terletak di Jalan Panjang, Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini bertransformasi menjadi mushalla gagah dan megah yang mampu menampung sekitar 250 jamaah.
Namun pascarenovasi total sejak Januari 2010, mushalla yang terletak di Jalan Panjang, Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini bertransformasi menjadi mushalla gagah dan megah yang mampu menampung sekitar 250 jamaah.
“Biaya renovasi totalnya memang sebesar dua milyar rupiah, terdiri atas Rp 1,6 milyar berupa uang dan Rp400juta berupa bahan material. Semua dari swadaya masyarakat, hamba Allah, dan musyafir,” jelas H. Syarif Usman selaku Ketua Pengurus Mushalla Al Husna yang juga pendiri Yayasan Al Husna.
Kendati sudah berubah wujud, nama musholla ini tetap Al Husna. ”Yang memberi nama mushalla ini adalah ulama di sini, artinya kebaikan atau yang terbaik,” jelasnya.
Bangunan Mushalla Al Husna terdiri atas tiga lantai. Lantai pertama semula diperuntukkan untuk parkir kemudian menjadi tempat shalat.
Pada saat Ramadhan, basement ini digunakan untuk kaum ibu shalat taraweh. Lantai kedua dan ketiga untuk jamaah pria.
Ruang wudhunya ada di lantai dasar di sebelah kanan.
Pilar-pilar masjidnya dilapisi marmer hingga memebri kesan mewah.
Dari atapnya, terpampang pemandangan seantero kawasan kecamatan Kebon Jeruk, Kebayoran Lama dan sekitarnya, termasuk beberapa masjid besar yang berada di sekitar mushalla ini.
Arsitektur mushalla ini paling menonjol di antara bangunan dan rumah di sepanjang di kiri-kanannya. Bentuknya persegi empat menjulang.
Di atapnya ada dua kubah kecil berwana hijau dan satu kubah berukuran lebih besar dengan warna senada.
Di atapnya ada dua kubah kecil berwana hijau dan satu kubah berukuran lebih besar dengan warna senada.
Sepintas gaya arsiterkutnya seperti masjid-masjid di Timur Tengah. Arsitekturnya, Aceng Sumantri mengatakan konsep arsitktur mushalla ini dibuat bersama beberapa rekan.
“Memang terinspirasi dari masjid-masjid di kawasan Timur Ttengah, termasuk di Turki dan Maroko,” terangnya.
“Memang terinspirasi dari masjid-masjid di kawasan Timur Ttengah, termasuk di Turki dan Maroko,” terangnya.
Mushalla Al Husna tak memiliki halaman atau taman. Pengunjung yang datang dengan kendaraan terpaksa harus memarkir kendaraannya di tepi jalan, kecuali sepeda motor itu pun hanya muat beberapa sepeda motor.
Untuk menghijaukan mushalla yang tak bertaman ini, ada 6 pot besar berwarna coklat senada warna bangunan dengan tanaman Pucuk Merah, dan beberapa tanaman hias di tepi kiri-kanannya.
Untuk menghijaukan mushalla yang tak bertaman ini, ada 6 pot besar berwarna coklat senada warna bangunan dengan tanaman Pucuk Merah, dan beberapa tanaman hias di tepi kiri-kanannya.
Setelah fisiknya berubah, diharapkan kegiatan di mushalla yang terbuka 24 jam untuk shalat, kecuali shalat Jum’at ini semakin makmur.
“Harapannya masyarakat dapat mengisi mushalla ini dengan shalat jamaah, pengajian, dan kegiatan keagamaan serta kegiatan sosial lainnya hingga benar-benar makmur,” imbau H Syarif Usman.
“Harapannya masyarakat dapat mengisi mushalla ini dengan shalat jamaah, pengajian, dan kegiatan keagamaan serta kegiatan sosial lainnya hingga benar-benar makmur,” imbau H Syarif Usman.
Sebenarnya renovasi mushalla ini belum sepenuhnya rampung. Masih ada beberapa bagian lagi yang harus diselesaikan seperti pendingin ruangan (AC), kaligrafi, plafon untuk bagian basement atau lantai dasar, plang nama mushalla serta membeli lahan di sebelahnya untuk parkir kendaraan jamaah.
“Kira-kira masih butuh dana sekitar Rp 200 juta lagi,” ungkap H. Syarif Usman.
“Kira-kira masih butuh dana sekitar Rp 200 juta lagi,” ungkap H. Syarif Usman.
Rencana kedepan, lewat yayasan Al Husna mushalla ini akan dilengapi dengan perpustakaan dan pendidikan gratis untuk usia dini serta memiliki mobil ambulans dengan keranda mayat atau kurung batang untuk mengakut jenazah warga sekitar.
Tetap Mushalla
Kendati fisiknya sudah mengalami perubahan yang sangat besar, namun bangunan ini tetap berstatus mushalla. Padahal banyak orang menilai mushalla ini sudah pantas naik status menjadi masjid.
Menurut H Syarif Usman untuk menjadi masjid harus mendapat rujukan dari para ulama. “Masjid-masjid besar di sekitar sini cukup banyak. Salah satu syarat mendirikan masjid, kalau masjid yang ada sudah tak sanggup lagi menampung jamaahnya untuk Jum’atan dan lainnya,” terangnya.
Apapun statusnya, yang jelas Mushalla Al Husna boleh dibilang salah satu surau termegah di Jakarta. Akankah statusnya nanti juga berubah, waktu pula yang menentukan. “Yang terpenting kalau mushallanya sudah bagus, takmir-nya juga harus bagus,” harap H Syarif Usman.
Tak sulit menjangkau mushalla cantik ini. Jamaah yang tidak membawa kendaraan pribadi, dapat menggunakan kendaraan umum Mikrolet 09A jurusan Tanah Abang-Kebayoran Lama yang melewati Jalan Panjang, Kampung Baru. Bangunannya sangat mudah terlihat karena berada di tepi jalan, tak jauh dari mini market.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar