Meskipun bangunannya
tak sebesar dan semegah Masjid Istiqlal di Jakarta, Masjid Kubah Emas di Depok,
Masjid Al Akbar di Surabaya, Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang, Masjid Raya
Baiturrahman di Banda Aceh, ataupun Masjid Agung Natuna di Ranai, Kabupaten Natuna dan
sejumlah masjid lain, namun Masjid Jogokariyan di Jogja terbilang makmur,
tersohor namanya, dan sukses menjadi salah satu masjid yang berhasil menarik
kunjungan wisatawan baik saat maupun diluar Ramadhan.
Sampai akhirnya timbul
pertanyaan kenapa Masjid Jogokariyan yang berdiri di tengah kampung di
pinggiran Selatan Kota Jogja ini bisa makmur dan tersohor keberadaannya sampai
ke mancanegara?
Masjid Jogokariyan
beralamat lengkap di Jalan Jogokariyan 36, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan
Mantrijeron, Kota Jogja, Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
Masjid yang dibangun tahun
1966, dan setahun kemudian digunakan ini
diberi nama sesuai nama kampung tempat masjid ini berdiri yakni Jogokariyan.
Kabarnya ini mengikuti
kebiasaan Nabi Muhammad SAW yang memberi nama masjid yang didirikannya sesuai
dengan di mana masjid itu berada.
Pembangunan masjid ini
berawal dari wakaf seorang pedagang batik dari Karangkajen, Yogyakarta.
Posisi awalnya di
sebelah selatan kampung Jogokariyan, kemudian pindah ke tengah kampung, dan
sekarang dengan segala perkembangannya, masjid
ini berdiri di sudut perempatan kampung.
Semula masjid ini hanya
terdiri atas bangunan inti sebesar mushola.
Setelah tahun 2006, pengurus masjid mendirikan Islamic Center di bagian Timur bangunan utama.
Setelah tahun 2006, pengurus masjid mendirikan Islamic Center di bagian Timur bangunan utama.
Segala aktivitas
pelayanan jamaan kerap ditempatkan di Islamic Center Masjid Jogokariyan.
Berdasarkan pengamatan
SiarMasjid, kemakmuran dan ketersohoran Masjid Jogokariyan dipicu beberapa
faktor pendukung.
Pertama pengurus masjid
ini punya visi dan misi yang kuat. Visinya ingin mewujudkan masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi
Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid.
Misinya antara lain
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, pusat kegiatan masyarakat,
tempat rekreasi rohani jama’ah, dan sebagai pesantren dan kampus masyarakat.
Kedua pengurus dan
remaja masjidnya aktif, kompak, dan kreatif.
Tahun ini saja remaja
masjidnya menggelar even Muslim Art Competition berskala Nasional 17-18 Maret
lalu dan Lomba Mural Tingkat Nasional 20 Februari-9 Maret lalu.
Selama Ramadhan 1439 H,
pengurusnya menyelenggarakan Kampoeng Ramadhan Jogokariyan dengan berbagai
kegiatan seperti pengajian jelang ramadhan, berbagi sembako sahur, pembukaan
pasar sore, taraweh dengan imam dari negeri Syam, kajian obrolan dan lagu (kolag), ngobrol inspirasi
(ngopi), kajian muslimah “parenting”, tabligh akbar, sahur bareng, qur’an camp,
Ramadhan kids corner, tarawih ala Madinah 1 juz, Hamas Activity, dan i’tikaf 10 hari full.
Khusus i’tikaf akan
dimulai Senin,
4 Juni 2018 dengan agenda check in dan pembukaan dilaksanakan pada pukul 16.00
(setelah sholat Ashr) di masjid Jogokariyan dengan biaya pendaftaran Rp 300
ribu.
Peserta i’tikaf yang
sudah mendaftar bukan hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya tapi juga dari
Semarang, Purwokerto, Purwakerta,
Bekasi, Tangerang, Lampung,
Palembang, dan Palu, bahkan dari Aceh.
Fakor pendukung ketiga,
masjid yang logonya terdiri dari tiga bahasa yakni Arab, Indonesia, dan Jawa
ini pun memiliki sarana promosi segala
kegiatannya lewat beragam akun media sosial (medsos) yang lengkap mulai dari
Facebook, Twitter, dan Instagram bahkan memiliki Website sendiri yang dikelola secara aktif, kreatif, dan menarik.
Kontaknya pun lengkap
mulai dari email, nomor telp, sampai nomor WA sekretariat, penginapannya, dan pengurus donasi/baitul maal-nya.
Melihat semua itu wajar
jika masjid ini mendapat juara 1 hingga juara harapan 2 masjid besar percontohan
DIY tahun 2016.
Pada tahun yang sama, masjid ini mendapat penghargaan sebagai masjid
besar percontohan idarah Nasional oleh Kemenag RI.
Masjid ini pun kerap dikunjungi para pengurus masjid lainnya untuk melakukan studi banding.
Bukti kalau masjid ini
juga kerap dikunjungi wisatawan, di masjid ini dilengkapi dengan penginapan. Masjid ini pun kerap dikunjungi para pengurus masjid lainnya untuk melakukan studi banding.
Kamar regulernya ada 10
kamar dengan tarif Rp 150 ribu per malam, sudah dilengkapi dengan fasilitas AC,
air panas, TV, dan kamar mandi di dalam.
Ada juga family room 1
kamar Rp 250 ribu per malam dengan fasilitas AC, air panas, TV, kulkas, dan
bathup.
Menurut pengurusnya
penginapan tersebut milik Masjid Jogokariyan yang dibuat untuk menunjang
gerakan masjid mandiri.
Naskah:
adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:
@adjitropis)
Foto:
@masjidjogokariyan
Captions:
1.
Masjid
Jogokariyan, bukan hanya sekadar masjid.
2. Lokasi Masjid Jogokariyan di Kota Jogja.
3. Suasana jelang berbuka puasa di Masjid Jogokariyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar