Sejumlah puisi mendadak marak
di media sosial, termasuk media masa. Puisi-puisi itu bukan untuk merayakan Hari
Puisi Sedunia (World Poetry Day) 21 Maret lalu, melainkan sebagai balasan atas puisi berjudul ‘Ibu
Indonesia’ yang dibacakan Sukmawati dalam acara '29 Tahun Anne Avantie
Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018 di JCC, Kamis (29/3). Sebab puisi yang dibacakan oleh salah
satu anak perempuan Presiden Soekarno itu, isinya dituding melecehkan syariat
Islam karena membandingkan azan dengan kidung dan juga cadar dengan sari konde.
Puisi-puisi balasan itu
bukan cuma datang dari Indonesia tapi juga dari Palestina, seperti puisi
berjudul ‘Untuk Ibu di Indonesia’ yang ditulis dan dibacakan langsung oleh Muhammad
Husein di Pantai Mediterania, Jalur Gaza, Palestina, yang kemudian divideokan dan diunggah
ke akun Instagram (IG)-nya @muhammadhusein_gaza.
“Saya bukan pujangga,
bukan pula penulis puisi. Tapi, kalau dengan sebuah puisi Ibu Sukmawati saja
bisa melecehkan syari’at Islam, maka kenapa saya tidak bisa berpuisi untuk
meluruskannya?” begitu tulis Muhammad Husein di bawah video tersebut.
“Dari Pantai Mediterania,
Jalur Gaza, Palestina, saya bacakan puisi ini untuk didengar oleh para ibu di Indonesia
(termasuk Ibu Sukmawati),” terangnya.
Muhammad Husein pun
mempersilahkan warganet untuk menyebarluaskan video pembacaan puisi balasannya
tersebut.
“Silahkan repost seluas-luasnya… Semoga menjadi tabungan pemberata timbangan di hari hisab,” tegasnya.
“Silahkan repost seluas-luasnya… Semoga menjadi tabungan pemberata timbangan di hari hisab,” tegasnya.
Dalam video tersebut
Muhammad Husein membacakan puisi ‘Untuk Ibu di Indonesia’ sambil duduk di kursi
berwarna oranye berlatar tulisan I LOVE (tanda hati) GAZA berwarna merah.
Dia mengenakan kemeja
panjang berwarna biru dongker dan celana blue jeans panjang serta memegang HP
dengan cover putih yang disambung dengan earphone juga berwarna putih. Dia
membacakan puisi tersebut di siang hari, terlihat dari bayangan kursi dan
badannya.
Dalam video itu terlihat juga Laut
Mederetirina yang biru serta terdengar suara gemuruh angin laut, meskipun ada
back sound suara alunan musik.
Pembacaan puisi yang
ditulis di HP-nya itu, diawalinya dengan membaca Bismillahirrohmanirrohim dan
mengucapkan salam Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Begini penggalan puisinya:
Untuk Ibu di Indonesia
Aku tahu syari’at Islam
karena ibuku lah orang pertama yang tanamkan itu dij iwaku
Ada yang bilang sari
konde ibu sangatah indah
Lebih cantik dari cadar
yang kakak gunakan
Tapi ibuku berpesan…
‘Nak, cantik di mata
kalian… belum tentu cantik di mata tuhan
Indah di mata kalian…
belum tentu indah di mata Tuhan”
Aku terlahir dari ibu
Indonesia…
Puisi yang disukai 522
warganet itu pun mendapat beragam komentar.
“Subhanallah sampai ke
Gaza puisi ibu konde… seorang anak proklamator menyampaikan puisi penuh sara
dimana jiwa kebhinekaan ibu... dengan mudahnya membuat puisi seperti itu…
Astagfirullah semoga Allah segere beri hidayah sebelum datang malaikat pencabut
nyawa menghampirumu,” tulis pemilik akun @iimryz.
“Mantap mas… Moga hidayah
hadir buat seluruh alam terkhususunya ibu sukmawati,” ungkap @duniaakhirat973.
“Masya Allah... indah
sekali puisinya akhi, semoga sampe ke telinga Ibu Sukmawati,” sambung
@latifah.dpoendjoel.
Ada juga warganet yang
terharu dengan puisi tersebut dan tak lupa mendoakan Muhammad Husein agar
selalu dilindungai Allah.
“Masya Allah... terharu
semoga Allah selalu melindungi @muhammmadhusein_gaza dan juga saudara/sudari
kita di Gaza Palestine, Aamiin,” ujar @khanza_78.
“Makasi y atas puisi
balasanx q suka salam ya buat saudaraku d Gaza semoga selalu dalam lindungan
Allah…,” tulis @sholeha_muslim.
Tak lama kemudian, video
pembacaan puisi balasan dari Palestina tersebut di-repost sejumlah akun IG
lainnya seperti @fans_uas_jember yang disukai 15 warganet, @alinixzero (14), @abu_nawas_01
(30), @hujan_kabut (12), @ridowahyudi124 (7), @majelisdistorsi (8), @ismi_411
(3), @iwan.prast (5), @mujahid_sosmed_ (4), @suwendi (9), dan @pemuda_hijrah yang disukai 1.562 warganet dengan 58 komentar dengan diberi
tagar #pemuda_hijjrah.
Di Indonesia sendiri ada Doni Riw, Ozye
Al-mahdaly, dan Ustadz Felix Siauw yang lebih dulu membuat puisi balasan yang
indah dan penuh makna.
“Baju dan gaya rambut nenek moyang
dianggap jati diri. Mereka lupa, ketika ajal tiba, semua akan sirna. Bangsa,
warna kulit, baju, konde, semua sirna. Ada makna seluas samudera di balik jasad
kasat mata. Jati diri tak sedangkal itu. Jati diri sesungguhnya adalah
kesadaran akan hakikat diri sebagai manusia,” begitu sepenggal puisi Doni Riw berjudul
‘Konde dan Jati Diri Manusia' yang diunggahnya di akun IG-nya @doniriw.
Berikuti puisi lengkap Doni Riw:
KONDE & JATI DIRI MANUSIA, © Doni
Riw
Sebagian manusia mencari jati diri dari
tubuh jasmani. Si kulit putih merasa berjati diri barat. Si kulit kuning merasa
berjati dirinya timur. Si kulit cokelat merasa berjati diri tenggara.
Baju dan gaya rambut nenek moyang
dianggap jati diri. Mereka lupa, ketika ajal tiba, semua akan sirna. Bangsa,
warna kulit, baju, konde, semua sirna. Ada makna seluas samudera di balik jasad
kasat mata. Jati diri tak sedangkal itu. Jati diri sesungguhnya adalah
kesadaran akan hakikat diri sebagai manusia. Dari mana dia berasal. Untuk apa
dia hidup. Ke mana dia menuju.
Sedang jawaban atas ketiganya bukan
berlandas perasaan suka-suka. Tapi melalui proses aqliah yang penuh waspada.
Proses aqliah yang sadar akan batas akalnya.
Wahai ibu... Jika kau serius,
sungguh-sungguh, dan jauh dari rasa angkuh, kau akan menemukan kebenaran Allah,
RasulNya, AlQuran, dan SyariatNya.
Kau akan memahami surga dan neraka
seperti kau melihat dengan mata kepalamu sendiri. Baru kau akan paham, apa itu
adzan, apa itu hijab, apa itu perintah Allah.
Kau kan mengerti bahwa tak ada yang
lebih peting selain tunduk pada perintah Nya. Kau akan paham, bahwa bukan hijab
atau cadarnya yang penting. Tetapi ketundukan pada Allah ta'ala lah yang utama.
Andai saja Allah tak mewajibkan hijab,
tetapi mewajibkan kebaya dan konde, maka muslimah di seluruh dunia akan
meninggalkan hijab dan berbondong mengenakan kebaya dan konde.
Tanpa banyak alasan, apakah kebaya dan
konde itu budaya Arab atau Jawa. Karena bagi manusia yang telah paham jati
dirinya, semua gemerlap jasadi itu tak lagi penting.
Seluruh gemerlap jasad itu ditundukkan
sepenuhnya pada jati diri hakiki. Yaitu jati diri sebagai hamba Allah yang
harus tunduk patuh pada perintahNya.
Jogja 2418
Puisi yang di sukai 495 warganet itupun mendapat bermacam komentar.
Puisi yang di sukai 495 warganet itupun mendapat bermacam komentar.
“Indah... bermakna... penuh pesan dan
pengajaran…,” tulis pemilik akun @yan_ardiansyah648. “Herannn...masih ada aza
manusia sedangkal beliau...rasa benci membodohkan segalanya... nauzubillah...,”
ungkap @janeeta_shahia.
“Kerenn abis... semoga ibu itu dapat
hidayah," ungkap @muhhimam. Sedangkan @bundasafiyya mengatakan: “smoga trah
kel.itu mendpt hidayah Islam”.
Sementara puisi
Ozye Al-mahdaly berjudul ‘Puisi Muslimah Indonesia’ diunggah pemilik akun IG
@nisaa_ummumaryam.
Begini isi
puisi lengkapnya:
Dulu aku buta syariat. Menyangka konde bagian dari etika
penampilan seorang muslimah
Nyatanya tidak, menutup keindahanlah yg menjadi perintah
Tuhanku, karena aku seorang muslim.
Dulu aku buta syariat, sekalipun terlahir islam.
Namun suara azan adalah pengingat lima kali sehari bagi hati yg kosong. Lebih kurindu melebihi kerinduan pada lantunan apapun.
Namun suara azan adalah pengingat lima kali sehari bagi hati yg kosong. Lebih kurindu melebihi kerinduan pada lantunan apapun.
Dulu aku begitu pandir, menyangka sabda bisa dilawan dgn
akal. Namun ternyata aku celaka!
Tanpa sadar, kutelanjangi kebencian dan kebodohan atas Kalam Tuhanku, karena
Dia adalah pemilik jiwa yg berhak atas penghambaanku.
Duh, aku semakin ketakutan, karena ancaman begitu jelas
di dalam Kitab Suciku
Bahwa siksaan dan kekafiran adalah balasan bagi setiap yg ingkar lagi
mengolok-olok. Dan neraka akan mengekalkan.
Kini aku semakin yakin dan butuh syariatku
Bahwa menutup keindahan wanita adalah bagian dari Iman, bukan budaya. Bahwa konde yg tergelung tinggi adalah perbuatan terlaknat!
Dan saya bangga menanggalkannya...
Bahwa menutup keindahan wanita adalah bagian dari Iman, bukan budaya. Bahwa konde yg tergelung tinggi adalah perbuatan terlaknat!
Dan saya bangga menanggalkannya...
Kalau tak tahu syariat, usah bernyanyi
Diam itu lebih selamat bila tak jua mengerti.
Diam itu lebih selamat bila tak jua mengerti.
Karena Perintah Tuhanku tak akan ada tandingannya. Kecuali dari dua jenis
manusia: Bodoh dan angkuh penentang!
Dulu ku bodoh dan buta syariat
Menyangka pahala dan siksa hanyalah hikayat berdebu pengantar tidur
Menyangka pahala dan siksa hanyalah hikayat berdebu pengantar tidur
Namun sekarang setiap kisah kematian adalah ketakutan
terdahsyat yg memaksa sadarku
Aku buta dahulu, namun Imanlah yg membuatku bisa melihat keindahan syariat
agamaku!
Ditulis oleh: Ozye Al-Mahdaly hafidzahallah ta'ala
Puisi yang disukai 707 warganet itu pun ramai komentar
bernada pujian.
“Izin repost Ukh, puisinya bagus dan bermakna,” tulis si
empunya akun @ukh_muth.
“Maasya Allah... maaf izin repost,” kata @khadijahdany.
Sementara puisi yang
ditulis Ustadz Felix Siauw (UFS) berjudul 'Kamu Tak Tahu Syariat'.
"Kalau engkau tak
tahu syariat Islam, seharusnya engkau belajar bukan berpuisi, harusnya bertanya
bukan malah merangkai kata tanpa arti," begitu penggalan puisi UFS yang ia
posting melalui akun IG-nya @felixsiauw, Senin (2/4/2018).
Berikut puisi lengkap UFS
tersebut:
Kamu Tak Tahu Syariat
Kalau engkau tak tahu
syariat Islam, seharusnya engkau belajar bukan berpuisi, harusnya bertanya
bukan malah merangkai kata tanpa arti
Bila engkau mau mengkaji,
engkau akan memahami bahwa hijab itu bukan hanya pembungkus wujud, tapi bagian
ketaatan, sebagaimana saat engkau ruku dan sujud
Engkau juga akan
mengerti, bahwa membandingkan konde dan cadar itu perkara menggelikan, sebab
yang satu ingin terjaga, yang lain malah mengumbar
Kalau engkau tak tahu
syariat Islam, hal paling pintar yang engkau lakukan adalah diam. Sebab bicara
tanpa ilmu itu menyesatkan, berjalan tanpa pelita di gelap malam
Pastinya juga engkau tak
tahu bahwa negeri ini dibangkitkan darah perlawanannya oleh kalimat takbir,
yang enam kali dilantangkan dalam azan yang engkau tuduh tak lebih merdu
dibanding kidung ibu
Tanpa Islam tak ada
artinya Indonesia, maka dimulakan negeri ini dengan "Atas berkat rahmat Allah".
Islam adalah ruh Indonesia, nyawa Indonesia
Takkan berdaya wanita
Indonesia tanpa Islam, yang telah menuntun mereka dari gelapnya penjajahan
menuju cahaya kemerdekaan. Dari sekeder pelengkap jadi tiang peradaban
Dan kini aku menggugat
dirimu, mempertanyakan dirimu, siapa kamu sebenarnya?
Mengapa cadar dan azan
begitu mengganggu dirimu, membuat engkau resah? Yang kutahu, hanya penjajah
yang begitu
Tak paham konde, tak
mampu berkidung, tak jadi masalah. Tapi tak tahu syariat mana bisa taat?
Tak Indonesia tetap bisa
menghuni surga, tak Islam maka tak ada lagi penolong di satu masa yang tak ada
keraguan di dalamnya
Kalau engkau tak tahu
syariat. Mari sini ikut melingkar dan merapat. Akan aku sampaikan biar engkau
pahami, bagi mereka yang beriman, tak ada yang lebih penting dari Allah dan
Rasul-Nya
Puisi UFS yang disukai
91.469 warganet itu pun mendapat 3.681 komentar dari sejumlah public figure dan
ustadz lainnya.
Presenter dan pemain film
Arie Untung lewat akun IG-nya @ariekuntung misalnya memberi komentar begini:
“Gpp tadz, setiap adzan
dikumandangkansetan kan pada kabur karena tidak suka, kalau beliau tidak suka
mungkin ga usah dijabarkan siapa beliau. Budaya bertoleransi sdh dilupakan,
tapi ini malah leih memudahkan umat Islam kok tada. Fihak pembenci Islam sudah
jelas sejelas2jelasnya yg mana. It’s bitter sweet blunder tadz,” tulis suami
artis Fenita Arie ini.
“Nyesek bgt dgr puisi sampahnya busuk, ngaku pemeluk islam
tp ga tau syariat, trus selama ini dia ngapain ajaaaa ..., kata @siswati_helen.
“Dia kepanasan saat dengar adzan…,” ungkap @taufik_kollogy.
“Mungkin Allah mau menunjukkan siapa dia sejatinya dari
mulut dia sendiri, semoga setelah kejadian ini, makin membukakan mata kita
semua, siapa sebenarnya musuh Islam,” kata @nunungth.
Sejumlah warganet lainnya berkomentar Allahu Akbar, Subhanallah, Masya Allah, dan
lainnya serta memuji puisi/tulisan UFS, di antaranya si empunya akun
@eva_arman. “MasyaAllah kena banget Ustadz, izin share ya Ustadz,” pujinya.
Puisi UFS tersebut pun dikutip sejumlah akun IG, antara lain @keripikpedas_, @pemuda_hijjrah, @indonesiabertauhidid, dan @mozaik_islam serta di CC ke @yukngajiid dan @hijabalila oleh UFS.
Naskah:
adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig:
@adjitropis)
Foto: @muhammadhusein_gaza,
@doniriw, @nisaa_ummumaryam
& @felixsiauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar